Jumat, Februari 07, 2014

PROFIL SEKOLAH



Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surabaya ini merupakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tertua di Jawa Timur & Indonesia bagian timur, karena didirikan pada zaman penjajahan Belanda kurang lebih tahun 1917. Lulusan pertama Sekolah ini kurang lebih tahun 1921 dengan jurusan:
1. Jurusan Bangunan Gedung .
2. Jurusan Bangunan Air. Sejarah Pertama-tama bernama KES (Koningen Emma School)
pada zaman Belanda kira-kira sekitar tahun 1917-1942. Pada zaman Penjajahan Jepang bernama KOGYO GHAKKO/KOGYO SENMON GHAKKO setingkat Sekolah Teknologi Menengah ( STM ). Setelah Indonesia Merdeka sampai datangnya Tentara Sekutu/NICA di Surabaya ini Sekolah ini tidak jelas bernama apa. Pada saat Belanda menguasai kembali tanah air kita Indonesia Sekolah ini bernama MTS ( Middlebare Technische School ). Setelah pengakuan Kedaulatan,Sekolah ini bernama Sekolah Teknologi Menengah (STM 1 Surabaya ) dan sekarang berubah nama menjadi Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK 2 Surabaya ) sesuai dengan Keputusan Mendikbud.

Pada masa perjuangan mempertahanan Kemerdekaan Republik Indonesia, tempat ini pernah digunakan sebagai Markas Tentara Pelajar. Sebagai catatan, bahwa mulai tahun 1950-1974,selain STM juga ada Sekolah-Sekolah lain di komplek Tentara Genie Pelajar ( Patua ) No.26 ini, seperti : SPGT, KDPT, ST 1, ST 2 dan IKIP bagian Teknik. Adapun yang pernah menjadi Kepala atau Pimpinan Sekolah berturut-turut adalah sebagai berikut: Ir. LUIYERINK ( tahun 1949-1952) Ir. ADRIANAANSE (tahun 1952-1957) Ir. LIE TJWAN KWAN (tahun 1957-1974) Drs. J. SOEWITO (tahun 1974- 1984) Drs. H. MOCH. SOLEH ABDURRACHMAN (tahun 1984-1992) H. MUH. SUBHAN SOEBAGJO (tahun 1992- 1995) Ir. R. BAGASTYO SOETJOKRO (tahun 1996-2002) Drs. MOEDIANTO, HS (Plt) (tahun 2003-2004) Drs. ABDUL ROFIQ (tahun 2005 - 2009) Drs. BAHRUN, ST, MM (tahun 2010 - sekarang). 

Rabu, Januari 29, 2014

PROFIL GURU




Dra. Emi Pratiwi,

Bu Emi panggilannya. Beliau adalah guru bahasa Indonesia kami. Tegas, keras, dan disiplin adalah bagian dari materinya. Bukan Bu Emi namanya jika sehari saja tidak mengeluarkan kata-kata frontal. Sikap beliau yang begitu frontal adalah pembelajaran bagi kami agar kami tidak terjerumus dalam kemunafikan. Beliau selalu melontarkan seribu bahasa yang menggelitik guna mengimbangi rasa tegang ketika beliau sedang berkumandang menjabarkan teori.

Bu Emi selalu menguak atau menerjemahkan suatu kata yang asing di telinga kami. Dan hebatnya lagi, beliau pandai membuat hal itu menjadi bahan perdebatan terhadap murid-muridnya. Teknik tanya jawab lah yang sering beliau pakai untuk memancing suasana perdebatan. Beliau begitu jenius tetapi beliau juga tetap menjaga kerendahan hatinya. Sikap beliau yang rendah hati itu tergambarkan oleh motonya yakni “selalu gunakan ilmu padi”. Isi dari ilmu padi itu sendiri adalah kian berisi kian merunduk. Maknanya, semakin memiliki ilmu yang tinggi harusnya semakin rendah hati bukan malah sombong.


Kami sangat berterima kasih kepada Bu Emi atas jasa-jasanya. Mungkin ucapan terima kasih saja tidak cukup bagi beliau, tetapi kami yakin bahwa dengan doa kami yang selalu menyertainya Tuhan sendiri yang akan membalas semua kasih dan jasanya.

Rabu, Januari 22, 2014

BAB 5 Menulis Laporan Ilmiah Sederhana

Menulis Laporan Ilmiah Sederhana

A. Pengertian Laporan

Laporan ialah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan secara struktural atau kedinasan setelah melaksanakan tugas yang diberikan. Laporan dibuat sebagai bukti pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas yang diberikan. Laporan harus memuat data yang tepat dan benar serta objektif dan sistematis sehingga dapat dijadikan ukuran untuk membuat pertimbangan dan keputusan.
Berdasarkan sifat penyajiannya, laporan dibedakan menjadi laporan formal dan laporan informal.

B. Sistematika Laporan Ilmiah

Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku.
Laporan ilmiah atau laporan formal terdiri atas :

1. Bagian Awal yang terdiri dari  :
            A. Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota
                penyusunan, dan tahun
            B. Halaman pengesahan (jika perlu)
C. Halaman motto/semboyan (jika perlu)
D. Halaman persembahan (jika perlu)
E. Prakata;
F. Daftar isi;
G. Daftar tabel (jika ada)
H. Daftar grafik (jika ada)
I. Daftar gambar (jika ada)
J. Abstak : uraian singkat tentang isi laporan

2 . Bagian Isi terdiri dari   :
            A.  Bab I  : Pendahuluan berisi tentang
(1) Latar belakang
(2) Identitas masalah
(3) Pembatasan masalah
(4) Rumusan masalah
(5) Tujuan dan manfaat
B.  Bab II : Kajian Pustaka
C.  Bab III : Metode
D.  Bab IV : Pembahasan
E.  Bab V : Penutup

3. Bagian Akhir terdiri dari   :
     A. Daftar Pustaka
     B. Daftar Lampiran
    C. Indeks : daftar istilah

C. Langkah-Langkah Membuat Laporan

1. Menetapkan tujuan laporan
2. Menetapkan tujuan laporan
3. Menentukan cara penngumpulan data
4. Mengevaluasi data
5. Membuat kerangka laporan

D. Teknik Pengutipan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang ahli,
penulis, dan ucapan seorang terkenal. Dalam penulisan karya ilmiah,
kutipan dipergunakan untuk memperjelas dan menegaskan isi uraian atau
untuk membuktikan apa yang dituliskan.
             Menurut jenisnya, ada dua macam kutipan, yaitu kutipan langsung(lengkap) dan kutipan tidak langsung (isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Kutipan tidak langsung adalah pinjaman dari seorang penulis atau tokoh terkenal yang berupa intisari
atau ikhtisar dari pendapat tersebut.

Kutipan Langsung :
                               - Kutipan langsung panjang → Kutipan yang lebih dari empat baris tulisan.
                                                                                  Kutipan dipisahkan dari teks, jarak baris
                                                                                  dengan baris kutipan satu spasi, kutipan boleh
                                                                                  atau tidak diapit dengan tanda kutip.
                                                                                  Kutipan disertai sumber informasi kutipan.

                                 - Kutipan langsung pendek → Panjangnya tidak lebih dari empat baris
                                                                                   tulisan kutipan ini langsung diintegrasikan   
                                                                                   dengan teks, diapit dengan tanda kutip, dan
                                                                                   disertai sumber informasi kutipan.
Jarak antara baris dengan baris kutipan dua spasi.
Contoh : Amalia (1999:12) menyimpulkan “Ada hubungan yang erat antara
kemampuan berbahasa dan lingkungan sosial tempat tinggal pemakai bahasa.”





Kutipan Tidak Langsung :
         Adalah kutipan yang dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri. Kutipan tidak langsung ditulis tanpa tanda kutip, langsung diintegrasikan dengan teks, jarak spasi dalam
kutipan dua spasi, disertai sumber informasi kutipan yang tidak selalu
menyebutkan nomor halaman.
Contoh:
Herawati (1999:31) menyimpulkan bahwa siswa jurusan ekstra
memiliki kemampuan menulis karya ilmiah yang lebih baik daripada siswa jurusan social .

E. Teknik Penulisan Daftar Pustaka

Daftar pustaka atau bibliografi yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya mempunyai pertalian dengan sebuah tulisan atau sebagian dari tulisan yang sedang dibuat. Melalui daftar pustaka, pembaca dapat mengetahui keseluruhan sumber yang digunakan dalam tulisan yang dibacanya sehingga dapat merujuk pada sumber asli.

Penulisan daftar pustaka, secara umum adalah sebagai berikut  :
- Daftar Pustaka disusun secara alfabet (A,B,C,.....) berturut-turut dari atas ke bawah tanpa
  menggunakan angka arab, tanda hubung, dan semacamnya.
- Cara penulisan sebuah sumber pustaka berturut-turut adalah sebagai berikut :
a. Penulisan nama pengarang
b. Menuliskan tahun terbit buku, diikuti tanda titik
c. Menuliskan judul buku, diberi garis bawah atau ditulis dengan
    huruf miring, diikuti tanda titik
d. Menuliskan tempat atau kota penerbitan, diikuti tanda titik dua.
e. Menuliskan nama penerbit dan diikuti tanda titik.
-  Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama penulisnya, sumber ditulis dari
   buku yang lebih dulu terbit diikuti buku yang terbit kemudian.
-  Bila tidak ada nama penulis, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.
-  Jarak antara baris dan baris untuk satu referensi adalah satu spasi tetapi jarak antara pokok
   dengan pokok adalah dua spasi.
-  Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus
   dimasukkan ke dalam sebanyak empat ketukan mesin tik.
-  Apabila sebuah referensi ditulis oleh lebih dari dua orang penulis, hanya satu nama yang
   dicantumkan dalam daftar pustaka dengan susunan nama terbalik. Untuk nama penulis lainnya
   disingkat dkk atau dll.

F. Teknik Penulisan Istilah (Indeks)

Istilah-istilah yang dipergunakan dalam suatu tulisan biasanya dikumpulkan di bagian akhir. Bagian daftar istilah disebut indeks. Indeks berguna bagi pembaca untuk mencari kata yang terdapat di dalam tulisan, khususnya karya tulis atau laporan berbentuk buku. Oleh sebab itu, cara penulisan indeks harus disusun berdasarkan abjad setelah dibuat daftar istilah atau kata-kata penting yang perlu diindekskan. Selain disusun berdasarkan abjad, juga disertakan nomor halaman tempat istilah tersebut berada agar mudah mencarinya.
RANGKUMAN

A. Pengertian laporan
Laporan ialah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan secara struktural atau kedinasan setelah melaksanakan tugas yang diberikan.
B. Sistematika laporan ilmiah
Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi hal-hal yang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Laporan ilmiah atau laporan formal terdiri atas bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
C. Langkah-langkah membuat laporan
Agar dapat menyusun laporan yang baik dan efektif, perlu di persiapkan dengan matang. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah menetapkan tujuan laporan, menentukan bahan laporan,
menentukan cara pengumpulan data, mengevaluasi data, dan membuat kerangka laporan.
D. Teknik pengutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang ahli, penulis, dan ucapan seorang terkenal. Dalam kutipan dicantumkan sumber informasi kutipan. Sumber informasi berisi nama, tahun, dan halaman. Sumber dapat disajikan sebagai kutipan langsung
dan kutipan tidak langsung.
E. Teknik penulisan daftar pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya mempunyai pertalian dengan sebuah tulisan atau sebagian dari tulisan yang sedang dibuat. Unsur-unsur yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: nama penulis,
tahun penerbitan, judul tulisan, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit.
F. Teknik penulisan istilah (indeks)
Istilah-istilah yang dipergunakan dalam suatu tulisan biasanya dikumpulkan di bagian akhir. Bagian daftar istilah disebut indeks. Indeks berguna bagi pembaca untuk mencari kata tersebut dan penjelasannya yang terdapat di dalam tulisan, khususnya karya tulis atau laporan berbentuk buku. Cara penulisan indeks disusun berdasarkan abjad setelah dibuat daftar istilah atau kata-kata penting yang terdapat di dalam buku. Penulisan kata disertai halaman tempat
kata tersebut berada agar memudahkan pencarian.
G. Format penulisan laporan, ukuran, dan jenis kertas

Format penulisan sesuai dengan sistematika laporan formal. Format penulisannya tergambarkan dalam daftar isi dengan pengetikan atau penulisan yang teratur, terperinci, dan jelas bagianbagiannya. Teknik penulisan meliputi margin, spasi, penomoran, tabel atau gambar, bahasa, dan jenis kertas.

Senin, Desember 09, 2013

Kelas XI BAB 9 BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA



BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA


A. Diskusi dan Manfaatnya
Untuk mengadakan sebuah diskusi harus dipersiapkan terlebih dahulu unsur-unsur berikut.
(1)  Unsur manusia, yaitu moderator atau pemimpin diskusi, penyaji/narasumber/ pemrasaran/ pembicara, notulis/sekretaris, dan peserta diskusi Jika diskusi tidak dihadiri pembicara, orang yang bertugas membahas masalah adalah moderator selaku pemimpin diskusi.
(2)  Unsur materi, seperti topik diskusi atau permasalahan, dan tujuan atau sasaran.
(3)  Unsur fasilitas, seperti ruangan/tempat, perlengkapan, misalnya meja, kursi, papan tulis, dan kertas.
Diskusi dapat diartikan dengan kegiatan bertukar pikiran secara lisan. Diskusi biasanya dilakukan karena ada masalah atau persoalan yang perlu dibahas dan dipecahkan. Diskusi secara umum bertujuan untuk mencari solusi atau penyelesaian suatu masalah secara teratur dan terarah. Yang dimaksud teratur dan terarah ialah semua unsur-unsur yang ada di dalam diskusi berfungsi, baik peserta, pembicara, maupun moderator menjalankan tugasnya dengan baik, saling bertukar pikiran secara aktif dan santun untuk mencapai kesepakatan atau penyelesaian yang baik.
Diskusi yang baik akan membawa manfaat yang baik. Manfaat diskusi ialah:
(1)  membiasakan sikap saling menghargai
(2)  menanamkan sikap demokrasi
(3)  mengembangkan daya berpikir
(4)  mengembangkan pengetahuan dan pengalaman
(5)  mewujudkan proses kreatif dan analitis
(6)  mengembangkan kebebasan pribadi
(7)  melatih kemampuan berbicara

B.  Tugas dan Peranan Unsur Diskusi
Setiap unsur-unsur di dalam diskusi memiliki tugas dan peranannya masing-masing. Agar diskusi bisa berjalan dengan lancar maka setiap unsur diskusi harus menjalankan tugas dan peranannya tersebut dengan baik. Tugas unsur-unsur diskusi adalah sebagai berikut.

    1.  Tugas Moderator/Pemimpin Diskusi
a.  Menyiapkan pokok masalah yang akan dibicarakan
b.   Membuka diskusi dan menjelaskan topik diskusi
c.   Memperkenalkan komponen diskusi terutama pembicara jika ada unsur pembicara/penyaji
d.  Membuat diskusi menjadi hidup atau dinamis
e.  Mengatur proses penyampaian gagasan atau tanya jawab
f.   Menyimpulkan diskusi dan membacakan simpulan diskusi
g.  Menutup diskusi
   2.  Tugas Pembicara
a.   Menyiapkan materi diskusi sesuai topik yang akan dibahas
b.   Menyajikan pembahasan materi atau menyampaikan gagasan-gagasan serta pandangan yang berkaitan dengan topik diskusi
c.   Menjawab pertanyaan secara objektif dan argumentatif
d.   Menjaga agar pertanyaan tetap pada konteks pembicaraan
   3.  Tugas dan Peranan Notulis
a.   Mencatat topik permasalahan
b.   Waktu dan tempat diskusi berlangsung
c.   Mencatat jumlah peserta
d.   Mencatat segala proses yang langsung dalam diskusi
e.   Menuliskan kesimpulan atau hasil diskusi
f.   Membuat laporan hasil diskusi
g.  Mendokumentasikan catatan tentang diskusi yang telah dilakukan
   4.  Peranan atau Tugas Peserta Diskusi
a.  Mengikuti tata tertib dan aturan dalam diskusi
b.   Mempelajari topik/permasalahan diskusi
c.   Mengajukan pertanyaan, pendapat/sanggahan, atau usulan
d.   Menunjukkan solidaritas dan partisipasi
e.   Bersikap santun dan tidak emosional
f.   Memusatkan perhatian
g.   Turut serta menjaga kelancaran dan kenyamanan diskusi.

C. Menyampaikan Pendapat dan Gagasan dalam Diskusi
Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasan-alasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.
Pendapat juga harus bersifat analitis, maksudnya pendapat disam-paikan secara sistematis, teratur, dan mendalam serta tidak berbelit-belit. Selain itu, pendapat juga harus disampaikan secara kreatif yaitu, apa yang disampaikan merupakan hal yang baru dan bernilai tinggi atau berkualitas. Namun, semua pengungkapan gagasan, ide, atau usulan harus disampaikan dengan bahasa yang santun, jelas, tepat, dan objektif.

D. Menyampaikan Tanggapan dan Sanggahan di dalam Diskusi
Adalah wajar dalam setiap diskusi terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat di dalam diskusi menyebabkan diskusi berkembang asalkan cara menyampaikan perbedaan tersebut dengan sikap yang toleran dan saling menghargai. Jika seseorang hendak mengajukan sanggahan atau
penolakan atas pendapat serta usulan peserta diskusi yang lain, sanggahan dapat diungkapkan dengan memerhatikan hal-hal berikut.
(1)  Menyatakan permohonan maaf terlebih dahulu sebelum menyampaikan sanggahan atau ketidaksetujuan
(2)  Memberikan pujian atau penghargaan terhadap pendapat yang akan ditanggapi
(3)  Menyampaikan sanggahan atau tanggapan dengan alasan yang masuk akal
(4)  Sanggahan diusahakan menyempurnakan atau memberikan solusi alternatif terhadap gagasan yang akan ditanggapi.
(5)  Ungkapan-ungkapan yang merendahkan, seperti, tertolak, tidak masuk akal, pendapat orang kampung, dan lain-lain harus dihindarkan.

            Di bawah ini adalah contoh kata atau ungkapan yang dapat digunakan untuk memberikan tanggapan atau sanggahan atas pendapat orang lain.
1.  Maaf, saya kurang sependapat ....
2.  barangkali perlu ditinjau kembali
3.  Masih ada yang kurang sesuai dengan topik permasalahan.
4.  Saya kira masih ada pilihan lain misalnya ....
5.  Maaf, pendapat saya sedikit berbeda ....
Tanggapan bukan hanya memberi sanggahan, tapi juga mendukung ide, gagasan, atau pendapat orang lain di dalam diskusi. Untuk menyampaikan persetujuan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
(1)  Pernyataan dukungan diungkapkan dengan jelas, tidak berbelit-belit serta dengan bahasa yang santun
(2)  Persetujuan juga diungkapkan dengan logis berdasarkan fakta dan alasan yang bisa diterima.
(3)  Persetujuan disampaikan dengan wajar dan tidak berlebihan.
(4)  Dukungan harus diungkapkan secara objektif.

Di bawah ini adalah contoh ungkapan yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan dukungan atau persetujuan.
1.  Pendapat Anda sesuai dengan topik yang dibahas.
2.  Saya setuju dengan pendapat Anda.
3.  Saya mendukung pendapat Saudara.
4.  Apa yang Saudara katakan sama dengan pemikiran saya.


E.  Mengambil Simpulan dalam Diskusi
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah. Memberikan simpulan dalam diskusi merupakan tugas moderator. Namun untuk merumuskan simpulan, peserta diskusi dapat diikutsertakan agar simpulan yang diambil
lebih objektif dan valid.
Secara umum, simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi, simpulan diambil dengan berdasarkan hal-hal berikut.
(1)  Pendapat yang dapat diterima oleh semua peserta diskusi.
(2)  Data-data dan fakta yang benar dan dapat diterima kebenarannya oleh peserta diskusi.
(3)  Segala pendapat atau gagasan yang sama dan sejalan.
(4)  Voting atau mengambil suara terbanyak dari peserta diskusi yang hadir.
(5)  Simpulan diupayakan merupakan rumusan yang inovatif, solusif, dan implementatif.

RANGKUMAN
A.   Diskusi dan Manfaatnya
Untuk mengadakan sebuah diskusi harus dipersiapkan terlebih dahulu unsur-unsur manusia, unsur materi, dan fasilitas.

B.  Tugas dan Peranan Unsur Diskusi
Setiap unsur di dalam diskusi memiliki tugas dan peranannya masing-masing. Agar diskusi dapat berjalan dengan lancar, setiap unsur diskusi harus menjalankan tugas dan peranannya tersebut dengan baik.

C.  Menyampaikan Pendapat dan Gagasan dalam Diskusi
Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasan-alasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.

D.  Menyampaikan Tanggapan dan Sanggahan dalam Diskusi
Jika seseorang hendak mengajukan sanggahan atau penolakan atas pendapat atau usulan peserta diskusi yang lain, dapat diungkapkan dengan menghargai mitra bicara yang menyampaikan argumen tersebut.

E.  Mengambil Simpulan dalam Diskusi
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah.Secara umum simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi simpulan diambil dengan berdasarkan pada fakta, data, dan opini yang tepat.

Kelas XI BAB 7 MENERAPKAN POLA GILIR DALAMBERKOMUNIKASI


MENERAPKAN POLA GILIR DALAMBERKOMUNIKASI

A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi

Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan kalimat yang baku.
Perhatikan contoh berikut!
1.  Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian di
tempat ini dalam rangka memenuhi undangan kami
2.   Makasih, ya, atas kedatangan kamu semua pada perayaan hari ulang
tahunku!
3.   Thanks berat, ye! Akhirnya, lu pada dateng juga ke sini tuk menuhin
undangan gue.
            Kalimat nomor satu sangat berbeda dengan nomor dua dan tiga, baik pada tataran pilihan kata, bentukan kata maupun susunan gramatikal kalimatnya. Kalimat nomor satu digunakan dalam situasi resmi, sedang-kan kalimat kedua dan ketiga dalam bentuk situasi umum atau akrab.Pada situasi santai atau akrab, seseorang lebih bebas memilih kata dan bentukannya daripada saat situasi resmi atau formal. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun, yang terpenting adalah bisa menciptakan komunikasi yang efektif dan lancar.Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan. Kata-kata kasar sebaiknya dihindari. Selain kurang pantas, kata-kata kasar juga menyinggung pera-saan orang lain. Di samping itu, dalam situasi komunikasi yang terdiri atas dua atau lebih orang, sikap saling menghargai dan menerapkan pola gilir dengan memberikan kesempatan berbicara akan menciptakan kelancaran serta
suasana yang lebih nyaman.

B.  Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Pemahaman terhadap pola gilir sangat penting dalam keberhasilan berkomunikasi. Komunikasi harus berjalan dua arah (ada yang men-dengarkan dan ada yang berbicara). Dengan adanya pola gilir diharapkan komunikasi akan seimbang dan berjalan lancar karena adanya proses
pergantian bicara sesuai topik pembicaraan atau sesuai keperluan.
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi antara lain seperti berikut
1.  Menghargai mitra bicara.
Dalam kegiatan berkomunikasi, kita tidak boleh meremehkan lawan bicara, bagaimanapun keadaan lawan bicara tetap kita hormati dan hargai.
2.  Peka terhadap kesempatan
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sering terjadi dominasi satu pihak saat bicara terhadap pihak lain. Kita harus sadar dan mengetahui kapan saatnya kita bicara dan kapan saatnya kita diam untuk mendengarkan sehingga proses komunikasi berlangsung lancar
dan nyaman.
3.  Sadar akan relevansi pembicaraan.
Komunikasi berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan jika pembicaraan sesuai dengan permasalahan sehingga tercipta komunikasi yang efektif dan lancar.
4.  Memilih kata yang tepat
Memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan komunikasi. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun tetap memperhatikan etika berbahasa yang santun hindari
kata-kata kasar, kurang pantas yang dapat menyinggung perasaan
pihak yang diajak bicara.

C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada situasi-situasi berikut.
(1)  Suasana kehidupan sehari-hari, seperti di rumah tangga, di sekolah, di  pasar, di kantor , di arisan, dan sanggar.
(2)  Diskusi kelompok, seperti di sekolah dan di kampus, kegiatan pramuka, dan di dunia kerja.
(3)  Film atau sinetron
(4)  Naskah drama dan pementasan drama

Berikut beberapa contoh penerapan pola gilir dalam berkomunikasi.
1.  Penerapan Pola Gilir dalam Diskusi
Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas sesuatu masalah secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan keluar, pemecahan masalah, membuat keputusan, atau simpulan. Untuk dapat memahami pola gilir berkomunikasi dalam satu diskusi, kita harus memahami lebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan diskusi. Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut.
a.   Unsur-Unsur Diskusi
Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, adalah sebgai berikut.
(1)  Pemimpin/Moderator, bertugas merencanakan dan mempersiapkan dengan teliti topik diskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi, serta menutup diskusi.
(2)  Sekretaris, bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah yang dilakukan peserta, saran maupun jawaban penyaji dari awal sampai akhir.
(3)  Penyaji/pemakalah/pemrasaran, bertugas menyampaikan pemba-hasan dengan sistematis, mudah dipahami, tidak menyinggung peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam meninjau suatu persoalan.
(4)  Peserta diskusi, bertugas menanggapi, memberi masukan, dan lain-lain.

b.   Jenis-jenis diskusi
Berdasarkan ruang lingkupnya, diskusi dibedakan seperti berikut.
(1)  Diskusi kelompok,adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di dalam kelas untuk membahas suatu masalah.
(2)  Diskusi panel, adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang (yang disebut panel) yang membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum di hadapan khalayak/pendengar,penonton.
Khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat.
(3)  Seminar,adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli (misalnya guru besar atau pakar)
(4)  Simposium,adalah pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama.
(5)  Kongres,adalah pertemuan wakil organisasi untuk mendiskusikan dan mengambil keputuan mengenai pelbagai masalah.
(6)  Konferensiadalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
(7)  Lokakaryaadalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan di bidang keahliannya.
(8)  Sarasehanadalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mende-ngarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.

c.  Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk tatanan sekolah, bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana.
Ada dua tahap dalam pelaksanaan diskusi, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan atau penampilan.
1)  Tahapan Persiapan
a.  Tahap persiapan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh kesepakatan mengenai hal yang akan dibicarakan.
b.  Membagikan tugas kepada para calon pembicara atau penyaji jika pembicara lebih dari satu.
2)  Tahap Pelaksanaan
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan diskusi.
a)  Pembukaan
Pimpinan diskusi mengemukakan pokok masalah yang akan disampaikan dan memperkenalkan calon pembicara.
Contoh ucapan moderator:
1.   Dalam diskusi kali ini, kita akan membicarakan ....
2.   Marilah kita buka diskusi ini dengan membaca/berdoa ....
3.  Saya perkenalkan pembicara dalam diskusi ini ialah Saudara ... notulis Saudara ....
b)  Pelaksanaan diskusi
Pemimpin diskusi mempersilakan para pembicara menyampaikan pandangannya. Selanjutnya sanggahan atau dukungan dari pembicara disampaikan sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
Contoh ucapan moderator:
1.  Saya persilahkan Sdr ... menyajikan makalahnya.
Contoh Ucapan penyaji :
1.   Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator kepada saya untuk ....
c)  Acara tanya jawab
Pemimpin diskusi mempersilakan para pendengar/peserta menga-jukan pertanyaan kepada pembicara dipandu oleh pemimpin diskusi, pembicara/penyaji.
Contoh ucapan moderator:
1.  Saya beri kesempatan 3 orang peserta mengajukan pertanyaan, pendapat atau   tanggapannya.
2.   Penanya pertama silakan ....
3.  Penyaji silahkan memberikan jawaban atau tanggapan balik (peserta yang mengacungkan jari lebih dahulu yang diberikan kesempatan pertama dan bergilir selanjutnya)
Contoh ucapan peserta :
1.  Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator. Pertanyaan saya yaitu ....
2.   Tadi saudara pembicara menjelaskan ... menurut pendapat saya ....
3.   Saya mohon kepada pembicara pertama untuk menjelaskan ....
4.   ... demikian usulan dari saya.
Contoh ucapan penyaji:
1.  Terima kasih atas pertanyaan Saudara ... dan jawaban saya sebagai berikut .....
2.   Terima kasih atas tanggapan Saudara ..... tentang ....
d)  Penutup
Pembacaan simpulan pembahasan diskusi yang telah berlangsung oleh pemimpin diskusi.

2.  Penerapan Pola Gilir dalam Pementasan Drama
Naskah drama dipersiapkan sebelum drama diperankan atau dipentaskan. Naskah drama adalah cerita yang ditulis dalam bentuk dialog disertai gerak-gerik dan tingkah laku para tokoh dalam drama. Dalam sebuah drama, kedudukan pelaku sangat penting. Untuk mementaskan sebuah drama, seorang pemain harus memahami isidrama termasuk proses dialog. Dalam dialog, telah diatur penggiliran pembicaraan diantara para tokoh. Setiap tokoh telah diatur kapan saat menjawab, menanggapi, merespons tokoh lainnya. Meskipun unsur spontan (improvisasi) ada dalam dialog drama, namun tokoh yang berimprovisasi tetap harus memerhatikan dengan cermat saat melakukan improvisasi dialog agar tidak bertabrakan dengan perkataan tokoh lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika memerankan tokoh dalam drama adalah seperti berikut.
a.  Teknik Berdialog
Agar penonton menangkap jalan cerita drama, para pelaku harus menyampaikan dialog dengan jelas, ucapan harus wajar, tidak dibuat-buat.
b.  Mimik
Mimik merupakan perubahan raut muka, misalnya tersenyum karena senang, mengerutkan dahi ketika sedang berpikir, atau menegang saat marah.
c.  Intonasi
Intonasi ialah lagu atau irama dalam mengucapkan kalimat. Ada tekanan keras atau lembut dalam ucapan, tempo, dan tekanan nada menaik atau menurun.

            Pola gilir juga dapat dilakukan dalam membawakan acara. Untuk acara hiburan yang cukup banyak dan panjang, biasanya dipandu oleh dua orang MC atau pembawa acara. Kedua pembawa acara tersebut saling bergantian berbicara mengantarkan setiap acara yang akan dipertunjukkan dan
mengomentarinya. Dalam memberikan pengantar atau komentar, dapat diterapkan pola gilir agar tak terjadi saling ingin bicara dan mendominasi.

RANGKUMAN

A.  Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan kalimat yang baku. Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan.

B.  Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi ialah menghargai mitra bicara, peka terhadap kesempatan, sadar akan relevansi pembicaraan, serta memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan komunikasi.

C.  Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada:
1.  Suasana kehidupan sehari-hari.
2.  Diskusi kelompok.
3.  Film atau Sinetron.

4.  Naskah drama dan pementasan drama.