BAB 2 KELAS X


MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI INFORMASI
LISAN DALAM KONTEKS BERMASYARAKAT
A . Memahami Sumber Informasi
Segala sesuatu yang memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan seseorang dapat disebut informasi. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat berbentuk media tulis cetak,seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia, surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet, atau didapat langsung dari narasumber yang bersangkutan dengan melalui percakapan, wawancara, diskusi, seminar, dll
Sedangkan narasumber adalah orang orang yang dipercayai dan orang yang ahli di bidangnya.
Sesuatu disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria di bawah ini :
1. Berisi informasi bersifat objektif, masuk akal, dan faktual
2. Mudah didapat dan dikenal oleh umum
3. Keberadaannya resmi atau diakui
4. Dapat berupa media cetak atau elektronik
5. Dapat ditelaah, dikaji, dan dijadikan ilmu
6. Dapat berbentuk arsip, dokumentasi, dan peninggalan sejarah yang
    memang telah diteliti kebenarannya
7. Dapat berupa narasumber, yaitu dari orang yang diakui ahli dalam bidangnya, 
    informasinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan

Memilih sumber informasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kemudahan dalam
mendapatkannya, kualitas isinya, dan bentuk penyampaiannya. Untuk
sumber informasi yang berbentuk media cetak, tentunya cara memperoleh
atau menggalinya ialah dengan membaca. Kegemaran membaca membantu
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber informasi cetak
atau tertulis. Jika tidak gemar untuk membaca maka, dapat memanfaatkan media elektronik. Dan informasi yang disajikan berupa audio-visual.
Di bawah ini diuraikan bentuk dan jenis-jenis sumber informasi  :
Tertulis/cetak
Lisan
Narasumber
Kamus
Rekaman/siaran televisi
Hasil tanya jawab
Buku Ilmu pengetahuan
Rekaman radio
Hasil wawancara
Buku pelajaran
Rekaman wawancara
Pengamatan/observasi
Ensiklopedia
Rekaman pidato/Khotbah
Dsb
Teks atau naskah dsb
Pembacaan wacana/teks/naskah langsung
Dsb






B. Jenis Sifat Informasi

Dari segi sifat dan uraiannya, informasi dapat dibedakan menjadi informasi bersifat faktual, informasi bersifat opini atau konsep, dan informasi bersifat pemerian/perincian.

1.
Informasi bersifat faktual ialah informasi yang berisi fakta-fakta, peristiwa nyata dan
    dapat dibuktikan. Informasi faktual terdiri atas fakta umum dan fakta khusus.
    A . Fakta umum
              Adalah infrmasi yang berisi fakta yang masih umum, belum terurai secara khusus
         Contoh :
              - Ayah baru pulang dari luar negeri dan sekarang mereka sedang menjemputnya di
                 bandara
              - Puluhan pedang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia
  B. Fakta Khusus
              Adalah informasi yang berisi kejadian yang dijelaskan secara terperinci atau detail.
      Contoh :
              - Ayah baru pulang dari Amsterdam dan Ibu, adik serta Paman sedang menjemputnya
                di bandara Soekarno-Hatta
              - Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Gunung Sahari Senen, serta warung di
                 pinggiran proyek senen terkena razia.
2 . Informasi bersifat Opini atau Konsep Ialah informasi yang masih berupa pendapat,
     pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Sedangkan konsep adalah, ide atau
     pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret.
     Contoh Opini  :
      - Banyak remaja sekarang bersifat permisif, menggangap semua boleh tanpa
        menimbangkan norma yang berlaku
     Contoh Konsep :
     - Sebelum seminar dimulai, para peserta diberikan makalah. Makalah adalah tulisan yang
      
berisikan prasaran, pendapat yang berisi uraian atau pembahasan pokok persoalan yang
       akan dibicarakan dalam rapat, diskusi, dan sejenisnya. Makalah juga sering diartikan
       jenis tugas pada mata kuliah tertentu yang berisi hasil kajian pustaka atau tulisan tentang
       suatu hal.
3 . Informasi bersifat pemerian/perincian Ialah sesuatu yang bersifat uraian khusus,
     penulis biasanya menjabarkan penjelasan tersebut menyamping/horisontal atau ke
     bawah/vertikal. Tetapi umumnya ditulis secara horizontal atau melebar ke kiri s/d kanan.
     - Contoh rincian berbentuk kalimat ditulis berbentuk satuan-satuan secara vertikal
     - Contoh perincian berbentuk kata yang ditulis secara horizontal. Masing masing
       unsurnya dipisahkan oleh tanda koma (,)

C.  Ragam Bahasa
            Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur bahasa dan sarana atau media yang digunakan.

1.    Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
    a. Latar belakang daerah penutur.
        Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya
        menimbulkan ragam daerah atau dialek.
Dialek adalah cara berbahasa Indonesia yang
        diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh:
        Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk
       melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya
apa menjadi ape, di
      mana
menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk
      menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar
bunyi an konsonan /m/,
      misalnya,
Bandung menjadi mBandung,Bogor menjadi mBogor.
b. Latar belakang pendidikan penutur.
    Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang
    tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang berasal dari unsur serapan
    asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk
    yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku.
    Contoh pengucapan kata
film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
c. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur.
    Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal
    digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau
    acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya
    terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang
    disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan.

            Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerah
atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnya memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.
Contoh:
1. Kalau soal itu, saya nggak tau persis. (informal/semiformal)
2. Emangnya kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3. Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4. Emangnya situ nggak ngantor, Mas. (nonformal)

d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan yang dibicarakan di lingkungan kelompok penutur.
Banyak persoalan yang dapat
menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat membicarakan topik tertentu, seseorang akan menggunakan kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan topik pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan untuk membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang lainnya, misalnya pembicaraan yang berhubungan dengan agama tentu menggunakan istilah yang berhubungan dengan agama, begitu pula dengan bidang lainnya, misalnya bidang hukum, kedokteran, dan ekonomi. Masing-masing memiliki ciri khas kata atau ragam bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan ungkapan atau gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras bahasa.







2 . Berdasarkan sarana atau media yang digunakan, ragam bahasa dibedakan menjadi :
     Ragam lisan dan tulisan berikit ini adalah perbedaannya :

Ragam Lisan
Ragam Tulisan
Menghendaki adanya
teman/mitra bicara.
Tidak harus ada teman bicara
di hadapan
Unsur gramatikal seperti
subjek, predikat, objek
tidak tampak. Yang tampak
adalah gerakan, mimik, dan
ekspresi.
Fungsi gramatikal
dinyatakan secara eksplisit.
Terikat oleh situasi, kondisi,
ruang, dan waktu.
Tidak terikat situasi, ruang,
dan waktu.
Makna dipengaruhi oleh
tekanan atau nada suara.
Makna ditentukan oleh
pemakaian tanda baca.


D. Memahami Penanda Uraian Proses dan Hasil
            Dalam karangan berbentuk eksposisi, sering ditemui uraian cara atau proses yang diakhiri dengan hasil yang didapatkan. Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan. Secara gramatikal, uraian proses ditandai oleh penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata dasar
verba.

Contoh penanda proses:
- Pengevakuasian korban gempa di Kepulauan Nias berlangsung dua hari.
  Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba) proses mengevakuasi
- Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Manggarai merupakan kebijakan Lurah
   yang baru.
   Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) proses memutihkan/membuat secara kolektif
- Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
  Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina) proses memupuk/memberi pupuk.

Contoh penanda hasil:
- Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah pematang sawah.
  Rampokan = rampok (verba) + -an hasil merampok
- Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.
  Lukisan = lukis (verba) + -an hasil melukis
- Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Bekasi dimenangkan
  oleh pasangan Saadudin dan Ramli.
  Pantauan = pantau (verba) + -an hasil memantau

0 komentar:

Posting Komentar