Senin, Desember 09, 2013

KELAS XI BAB 12 MEMBUAT WACANA BERCORAK NARATIF, DESKRIPTIF, EKSPOSITORIS DAN ARGUMENTATIF

MEMBUAT WACANA BERCORAK NARATIF,

DESKRIPTIF, EKSPOSITORIS DAN ARGUMENTATIF


    A.  Pengertian Wacana
          Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
             Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang ke mana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. Membuat kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang pemula.
Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut.
1.      Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2.      Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3.      Membantu pengarang melihat adanya pokok bahasan yang
menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama.
4.      Menjadi gambaran secara umum struktur ide karangan sehingga membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.

Agar penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuan
pembuatan karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk
menyusun kerangka karangan adalah seperti berikut.
(1)   Menentukan tema/topik karangan
(2)   Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3)   Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik
(4)   Menginvestaris sub-sub topik
(5)   Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
(6)   Menentukan pola pengembangan karangan

Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1.      Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk kalimat-kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2.      Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk frasa dan klausa sehingga tampak lebih praktis.

Penyusunan kerangka karangan dapat berbentuk kalimat dan frasa atau klausa sekaligus, meskipun yang lebih banyak digunakan adalah kerangka topik. Berikut contoh kedua bentuk penyusunan kerangka karangan tersebut.

Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1.      Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan tentang teknologi informasi.
2.      Perkembangan sarana komputer menjadi sarana jaringan informasi melalui internet.
3.      Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4.      Memanfaatkan minat remaja dan anak sekolah dengan membuka warnet.

Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran :
1.      Jumlah Pemudik Lebaran
a.       perkiraan lonjakan jumlah pemudik
b.      sarana angkutan yang dipersiapkan
c.       sarana angkutan yang diandalkan
2.      Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
a.       jalur utara
b.      jalur selatan
c.       kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3.      Petunjuk pemanfaatan jalur
a.       dari DLLAJR
b.      dari instansi terkait

    B.  Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.

1.      Narasi
              Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
(1)   kejadian,
(2)   tokoh,
(3)   konflik,
(4)   alur/plot.
(5)   latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1)   menentukan tema cerita
(2)   menentukan tujuan
(3)   mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4)   menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara
kronologis atau urutan waktu.
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh:
Kunjungan ke Museum Fatahillah
1.      persiapan keberangkatan
2.      perjalanan menuju stasiun Kota
3.      tiba di tempat tujuan
4.      mengamati peninggalan zaman penjajahan Belanda
5.      berkumpul kembali di depan ”Meriam Jagur”
6.      persiapan pulang

2.      Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut.
a)      Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
b)      Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.

Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung,
yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal
berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang
tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi
bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan
terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1)   menentukan objek pengamatan
(2)   menentukan tujuan
(3)   mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4)   menyusun kerangka karangan
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah, atau depan ke belakang.
3.      Eksposisi
Kita eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah untuk seminar, simposium, atau penataran. Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi. Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan berita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat membuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus flu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban banjir.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1)   menentukan objek pengamatan,
(2)   menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3)   mengumpulkan data atau bahan,
(4)   menyusun kerangka karangan, dan
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian berikut:
1.      Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu benda, hal atau peristiwa tanpa memproritaskan bagian mana yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.
2.      Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola penyajian dimulai dari hal yang mudah/yang sederhana menuju ke hal yang makin penting atau puncak peristiwa dan sebaliknya untuk anti-klimaks.




4.      Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1)   menentukan tema atau topik permasalahan,
(2)   merumuskan tujuan penulisan,
(3)   mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung,
(4)   menyusun kerangka karangan, dan
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1.      Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:
a.       Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a)      Jumlah penggunaan kendaraan
b)      Ruas jalan yang makin sempit
c)      Pembangunan jalur busway
b.      Akibat-akibat kemacetan
a)      Terlambat sampai di kantor
b)      Waktu habis di jalan
2.       Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh :    Menjaga kelestarian hutan
1.      Keadaan hutan kita
2.      Fungsi hutan
3.      Akibat-akibat kerusakan hutan
3.      Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh :    Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1.      Pengertian narkoba
2.      Bahaya kecanduan narkoba
a)      pengaruh terhadap kesehatan
b)      pengaruh terhadap moral
c)      ancaman hukumannya
3.      Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4.      Kesimpulan dan saran

0 komentar:

Posting Komentar