BAB II. Mengapresiasi secara lisan teks seni berbahasa dan teksi lmiah sederhana

A. Diksi, Makna Idiomatik, Ungkapan, Majas, dan
Peribahasa
Diksi ialah pilihan kata. Artinya, seseorang memilih dan menggunakan
kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan unsur
yang penting bagi pengarang dalam membuat karangan dan pernyair
dalam membuat puisi. Dengan kata yang tepat, pengarang atau penyair
dapat mengungkapkan secara tepat apa yang ingin disampaikan kepada
pembacanya.
Dalam karang-mengarang baik prosa maupun puisi, diksi berkaitan erat
dengan gaya bahasa. Pilihan atau penggunaan kata dalam mengungkapkan
sesuatu dapat menjadikan sebuah kata memiliki kemungkinan makna yang
banyak. Kata dapat diartikan secara leksikal atau sesuai konsep, tapi juga
dapat diartikan secara kontekstual, sesuai dengan situasi pemakaiannya.
Kemungkinan sebuah kata diartikan secara leksikal maupun kontekstual
dalam mengungkapkan maksud atau dengan kata lain sebuah kata dapat
bermakna denotatif maupun konotatif. Selain kedua makna tersebut, di
dalam bahasa Indonesia terdapat pula makna idiomatik, seperti ungkapan,
majas, serta peribahasa.
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna yang memang
sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kata makan
artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut , dikunyah, dan ditelan. Arti
kata makan tersebut adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga
makna umum.
Makna konotatif ialah bukan makna sebenarnya. Dengan kata lain,
makna kias atau makna tambahan. Contoh kata putih bisa bermakna suci
atau tulus tapi juga dapat bermakna menyerah atau polos.
Penggunaan kata bermakna konotatif juga berkaitan dengan nilai
rasa, baik nilai rasa rendah maupun tinggi. Contoh kata gerombolan dan
kumpulan secara denotatif bermakna sama, yaitu kelompok manusia. Dua
pasang kata tersebut meskipun bermakna denotasi sama, namun secara
konotasi mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata gerombolan mempunyai
nilai rasa yang rendah, sedangkan kata kumpulan bernilai rasa tinggi.
62 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Unggul Kelas XII
Jadi, kata gerombolan memiliki nilai rasa yang lebih rendah bahkan
berkonotasi negatif dari kata kumpulan. Hal ini terbukti pada frasa
gerombolan pengacau bukan kumpulan pengacau.
Masih banyak kata yang secara denotatif memiliki kesamaan arti, namun
konotasinya berbeda nilai rasa. Beberapa kata bahkan dapat dikonotasikan
secara negatif, misalnya kata kebijaksanaan. Kata ini menurut arti yang
sebenarnya adalah kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu
masalah. Tapi banyak penggunaan kata kebijaksanaan yang menyeleweng
dari arti sebenarnya. Kata kebijaksanaan dikonotasikan dengan permintaan
agar urusan dapat lancar. Hal yang sama terjadi juga pada pemakaian kata
pengertian. Dalam kalimat “Pembagian kompor gas ini memang tidak
dipungut bayaran, tapi kami mohon pengertiannya,” kata pengertian
memiliki makna lain yaitu, minta imbalan walau sedikit dan sebagainya.
Konotasi juga dapat memberikan nilai rasa halus dan kasar. Untuk
sekelompok masyarakat pemakai bahasa tertentu, sebuah atau beberapa
kata dapat bernilai rasa kasar, tapi pada kelompok masyarakat lainnya
dirasakan biasa saja atau wajar saja, misalnya kata laki- bini untuk kalangan
masyarakat Melayu dianggap biasa, namun untuk kalangan masyarakat
intelek dianggap kasar.

0 komentar:

Posting Komentar