Senin, Desember 09, 2013

Kelas XI BAB 7 MENERAPKAN POLA GILIR DALAMBERKOMUNIKASI


MENERAPKAN POLA GILIR DALAMBERKOMUNIKASI

A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi

Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan kalimat yang baku.
Perhatikan contoh berikut!
1.  Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian di
tempat ini dalam rangka memenuhi undangan kami
2.   Makasih, ya, atas kedatangan kamu semua pada perayaan hari ulang
tahunku!
3.   Thanks berat, ye! Akhirnya, lu pada dateng juga ke sini tuk menuhin
undangan gue.
            Kalimat nomor satu sangat berbeda dengan nomor dua dan tiga, baik pada tataran pilihan kata, bentukan kata maupun susunan gramatikal kalimatnya. Kalimat nomor satu digunakan dalam situasi resmi, sedang-kan kalimat kedua dan ketiga dalam bentuk situasi umum atau akrab.Pada situasi santai atau akrab, seseorang lebih bebas memilih kata dan bentukannya daripada saat situasi resmi atau formal. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun, yang terpenting adalah bisa menciptakan komunikasi yang efektif dan lancar.Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan. Kata-kata kasar sebaiknya dihindari. Selain kurang pantas, kata-kata kasar juga menyinggung pera-saan orang lain. Di samping itu, dalam situasi komunikasi yang terdiri atas dua atau lebih orang, sikap saling menghargai dan menerapkan pola gilir dengan memberikan kesempatan berbicara akan menciptakan kelancaran serta
suasana yang lebih nyaman.

B.  Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Pemahaman terhadap pola gilir sangat penting dalam keberhasilan berkomunikasi. Komunikasi harus berjalan dua arah (ada yang men-dengarkan dan ada yang berbicara). Dengan adanya pola gilir diharapkan komunikasi akan seimbang dan berjalan lancar karena adanya proses
pergantian bicara sesuai topik pembicaraan atau sesuai keperluan.
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi antara lain seperti berikut
1.  Menghargai mitra bicara.
Dalam kegiatan berkomunikasi, kita tidak boleh meremehkan lawan bicara, bagaimanapun keadaan lawan bicara tetap kita hormati dan hargai.
2.  Peka terhadap kesempatan
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sering terjadi dominasi satu pihak saat bicara terhadap pihak lain. Kita harus sadar dan mengetahui kapan saatnya kita bicara dan kapan saatnya kita diam untuk mendengarkan sehingga proses komunikasi berlangsung lancar
dan nyaman.
3.  Sadar akan relevansi pembicaraan.
Komunikasi berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan jika pembicaraan sesuai dengan permasalahan sehingga tercipta komunikasi yang efektif dan lancar.
4.  Memilih kata yang tepat
Memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan komunikasi. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun tetap memperhatikan etika berbahasa yang santun hindari
kata-kata kasar, kurang pantas yang dapat menyinggung perasaan
pihak yang diajak bicara.

C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada situasi-situasi berikut.
(1)  Suasana kehidupan sehari-hari, seperti di rumah tangga, di sekolah, di  pasar, di kantor , di arisan, dan sanggar.
(2)  Diskusi kelompok, seperti di sekolah dan di kampus, kegiatan pramuka, dan di dunia kerja.
(3)  Film atau sinetron
(4)  Naskah drama dan pementasan drama

Berikut beberapa contoh penerapan pola gilir dalam berkomunikasi.
1.  Penerapan Pola Gilir dalam Diskusi
Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas sesuatu masalah secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan keluar, pemecahan masalah, membuat keputusan, atau simpulan. Untuk dapat memahami pola gilir berkomunikasi dalam satu diskusi, kita harus memahami lebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan diskusi. Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut.
a.   Unsur-Unsur Diskusi
Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, adalah sebgai berikut.
(1)  Pemimpin/Moderator, bertugas merencanakan dan mempersiapkan dengan teliti topik diskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi, serta menutup diskusi.
(2)  Sekretaris, bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah yang dilakukan peserta, saran maupun jawaban penyaji dari awal sampai akhir.
(3)  Penyaji/pemakalah/pemrasaran, bertugas menyampaikan pemba-hasan dengan sistematis, mudah dipahami, tidak menyinggung peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam meninjau suatu persoalan.
(4)  Peserta diskusi, bertugas menanggapi, memberi masukan, dan lain-lain.

b.   Jenis-jenis diskusi
Berdasarkan ruang lingkupnya, diskusi dibedakan seperti berikut.
(1)  Diskusi kelompok,adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di dalam kelas untuk membahas suatu masalah.
(2)  Diskusi panel, adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang (yang disebut panel) yang membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum di hadapan khalayak/pendengar,penonton.
Khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat.
(3)  Seminar,adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli (misalnya guru besar atau pakar)
(4)  Simposium,adalah pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama.
(5)  Kongres,adalah pertemuan wakil organisasi untuk mendiskusikan dan mengambil keputuan mengenai pelbagai masalah.
(6)  Konferensiadalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
(7)  Lokakaryaadalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan di bidang keahliannya.
(8)  Sarasehanadalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mende-ngarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.

c.  Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk tatanan sekolah, bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana.
Ada dua tahap dalam pelaksanaan diskusi, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan atau penampilan.
1)  Tahapan Persiapan
a.  Tahap persiapan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh kesepakatan mengenai hal yang akan dibicarakan.
b.  Membagikan tugas kepada para calon pembicara atau penyaji jika pembicara lebih dari satu.
2)  Tahap Pelaksanaan
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan diskusi.
a)  Pembukaan
Pimpinan diskusi mengemukakan pokok masalah yang akan disampaikan dan memperkenalkan calon pembicara.
Contoh ucapan moderator:
1.   Dalam diskusi kali ini, kita akan membicarakan ....
2.   Marilah kita buka diskusi ini dengan membaca/berdoa ....
3.  Saya perkenalkan pembicara dalam diskusi ini ialah Saudara ... notulis Saudara ....
b)  Pelaksanaan diskusi
Pemimpin diskusi mempersilakan para pembicara menyampaikan pandangannya. Selanjutnya sanggahan atau dukungan dari pembicara disampaikan sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
Contoh ucapan moderator:
1.  Saya persilahkan Sdr ... menyajikan makalahnya.
Contoh Ucapan penyaji :
1.   Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator kepada saya untuk ....
c)  Acara tanya jawab
Pemimpin diskusi mempersilakan para pendengar/peserta menga-jukan pertanyaan kepada pembicara dipandu oleh pemimpin diskusi, pembicara/penyaji.
Contoh ucapan moderator:
1.  Saya beri kesempatan 3 orang peserta mengajukan pertanyaan, pendapat atau   tanggapannya.
2.   Penanya pertama silakan ....
3.  Penyaji silahkan memberikan jawaban atau tanggapan balik (peserta yang mengacungkan jari lebih dahulu yang diberikan kesempatan pertama dan bergilir selanjutnya)
Contoh ucapan peserta :
1.  Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator. Pertanyaan saya yaitu ....
2.   Tadi saudara pembicara menjelaskan ... menurut pendapat saya ....
3.   Saya mohon kepada pembicara pertama untuk menjelaskan ....
4.   ... demikian usulan dari saya.
Contoh ucapan penyaji:
1.  Terima kasih atas pertanyaan Saudara ... dan jawaban saya sebagai berikut .....
2.   Terima kasih atas tanggapan Saudara ..... tentang ....
d)  Penutup
Pembacaan simpulan pembahasan diskusi yang telah berlangsung oleh pemimpin diskusi.

2.  Penerapan Pola Gilir dalam Pementasan Drama
Naskah drama dipersiapkan sebelum drama diperankan atau dipentaskan. Naskah drama adalah cerita yang ditulis dalam bentuk dialog disertai gerak-gerik dan tingkah laku para tokoh dalam drama. Dalam sebuah drama, kedudukan pelaku sangat penting. Untuk mementaskan sebuah drama, seorang pemain harus memahami isidrama termasuk proses dialog. Dalam dialog, telah diatur penggiliran pembicaraan diantara para tokoh. Setiap tokoh telah diatur kapan saat menjawab, menanggapi, merespons tokoh lainnya. Meskipun unsur spontan (improvisasi) ada dalam dialog drama, namun tokoh yang berimprovisasi tetap harus memerhatikan dengan cermat saat melakukan improvisasi dialog agar tidak bertabrakan dengan perkataan tokoh lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika memerankan tokoh dalam drama adalah seperti berikut.
a.  Teknik Berdialog
Agar penonton menangkap jalan cerita drama, para pelaku harus menyampaikan dialog dengan jelas, ucapan harus wajar, tidak dibuat-buat.
b.  Mimik
Mimik merupakan perubahan raut muka, misalnya tersenyum karena senang, mengerutkan dahi ketika sedang berpikir, atau menegang saat marah.
c.  Intonasi
Intonasi ialah lagu atau irama dalam mengucapkan kalimat. Ada tekanan keras atau lembut dalam ucapan, tempo, dan tekanan nada menaik atau menurun.

            Pola gilir juga dapat dilakukan dalam membawakan acara. Untuk acara hiburan yang cukup banyak dan panjang, biasanya dipandu oleh dua orang MC atau pembawa acara. Kedua pembawa acara tersebut saling bergantian berbicara mengantarkan setiap acara yang akan dipertunjukkan dan
mengomentarinya. Dalam memberikan pengantar atau komentar, dapat diterapkan pola gilir agar tak terjadi saling ingin bicara dan mendominasi.

RANGKUMAN

A.  Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan kalimat yang baku. Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan.

B.  Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi ialah menghargai mitra bicara, peka terhadap kesempatan, sadar akan relevansi pembicaraan, serta memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan komunikasi.

C.  Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada:
1.  Suasana kehidupan sehari-hari.
2.  Diskusi kelompok.
3.  Film atau Sinetron.

4.  Naskah drama dan pementasan drama.

0 komentar:

Posting Komentar