A. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata
Untuk mendayagunakan bahasa secara
maksimal, diperlukan kesadaran
akan pentingnya pengayaan kosakat.
Kesadaran itulah yang memotivasi
kita untuk lebih rajin membaca.
Membaca merupakan kegiatan berbahasa
yang secara aktif menyerap
informasi atau pesan yang disampaikan melalui
media tulis, seperti buku,
majalah, dan surat kabar. Aktivitas membaca
tidak saja dilakukan untuk
menyerap informasi atau pesan yang diuraikan
di dalam bacaan, tetapi membaca
dapat juga dilakukan dengan tujuan
menelaah unsur-unsur kebahasaan
yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah bacaan, terkandung
banyak unsur bahasa yang berkaitan
dengan makna kata dan ruang
lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa
yang berhubungan dengan ungkapan
dan bentuk-bentuk pemakaiannya.
Pada bab ini, kita akan membahas
dan menelaah unsur-unsur kebahasaan
di dalam bacaan berkaitan dengan
kata, bentuk kata, ungkapan, serta
kalimat berdasarkan kelas kata dan
makna kata.
Kata merupakan unsur yang sangat
penting dalam membangun suatu
kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap
kata mempunyai
fungsi
dan peranan yang berbeda sesuai dengan kelas kata atau jenis katanya. Di kelas
X, kita sudah mempelajari kelas kata dan pada bab ini akan
dibahas
kembali tentang kelas kata dan hubungannya dengan kalimat.
Secara umum kelas kata terdiri
atas 5 macam, yaitu:
(1)
kata kerja (verba)
(2)
kata sifat (adjektif )
(3)
kata keterangan (adverbia)
(4)
kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) kata tugas
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja ialah kata yang
menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata
kerja
biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke
dalam
kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi
(Pergi
dengan gembira.)
tidur
(Tidur
dengan nyenyak.)
jalan (Jalan dengan santai.)
(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan)
mandi
(sedang)
tidur
(telah)
pergi
(3)
Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
(tidak)
makan
(tidak)
lihat
(tidak) pulang
(4)
Berawalan me- dan ber-
Contoh:
melatih
melihat
merakit
berdiskusi
berpikir
berusaha
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat ialah kata yang dipakai
untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan
sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat
berfungsi
sebagai predikat.
Suatu
kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila
memenuhi persyaratan berikut.
(1)
Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata
sekali.
Contoh:
indah
(sangat indah/indah sekali)
baik
(sangat baik/baik sekali)
tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
(2)
Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh:
luas
(seluas/terluas)
bodoh
(sebodoh/terbodoh)
mudah
(semudah/termudah)
buruk
(seburuk/terburuk)
baik
(sebaik/terbaik)
(3)
Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
murah
(tidak murah)
sulit
(tidak sulit)
pahit (tidak pahit)
3. Kata
Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia
adalah kata yang memberi keterangan
pada
verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Berikut
adalah macam-macam adverbia.
(1) Adverbia dasar bebas,
misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian,
niscaya,
tidak,
paling, pernah, pula, saja, saling.
(2) Adverbia turunan terbagi atas
3 bentuk berikut.
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya
; agak-agak, lagi-lagi,
lebih-lebih,
paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau
tidak
mungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari
berbagai kelas, misalnya: terlampau,
agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata
Bilangan (Numeralia)
4.1.
Kata benda
Kata benda ialah kata yang mengacu
pada benda, orang, konsep,
ataupun
pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu
kata
dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi
persyaratan
berikut.
(1)
Dapat diikuti oleh frasa yang
+ sangat.
Contoh:
mobil (mobil
yang bagus/mobil yang sangat bagus)
pemandangan (pemandangan
yang indah/pemandangan yang
sangat indah)
pemuda (pemuda
yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2)
Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an,
ke-/-an.
Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
(3)
Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh :
saya (bukan saya)
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk)
4.2.
Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah
kata yang dipakai untuk mengacu
pada
nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau
nomina.
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.
4.3.
Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia
adalah kata yang dipakai untuk
menghitung
banyaknya orang, binatang, dan benda.
Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari harta warisan itu
disumbangkan ke panti asuhan.
5. Kata Tugas
Kata tugas dapat dirinci menjadi
empat jenis kata, yaitu (1) kata
depan,
(3) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1) Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang
menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk arah
dari pasar = menunjuk tempat
pada hari senin = menunjuk waktu
(2) Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang
menghubungkan dua satuan bahasa
yang
sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3) Kata Sandang (Artikula)
Kata
sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru (sang bermakna tunggal)
para pemimpin (para bermakna jamak)
si cantik (si bermakna netral)
(4)
Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang
digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
“Wah, mahal sekali!” kata adik.
Kata
yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah
hai, nah, oh, celaka, gila,
Masya Allah, dan Alhamdulillah.
(5)
Partikel
Partikel adalah kategori atau
unsur yang bertugas memulai,
mempertahankan,
atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur
ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong,
-kek, dan -pun
Kita baru saja mempelajari kelas
kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu
wacana,
tentu terdapat berbagai kata, frasa, dan kalimat. Kita dapat merinci
setiap kata berdasarkan kelas katanya.
B. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi bentuknya, kata dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu :
1.
Kata Dasar
2.
Kata Turunan
3.
Kata Ulang
4. Kata Majemuk
1.
Kata Dasar
Kata dasar adalah kata
yang tidak berimbuhan atau yang belum
diberikan awalan, akhiran, sisipan, dan penggabungan awalan
akhiran.
Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata
dasar
karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan.
Jika katakata
itu diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran,
pekerja, kesakitan,
dan pegunungan. Jika sudah mengalami
penambahan atau pengimbuhan,
kata tersebut sudah dikategorikan ke dalam kata turunan.
2.
Kata Turunan
Sebuah kata dapat
menyampaikan beberapa pengertian melalui
bentukan-bentukannya. Dari satu kata pula, kita dapat membuat atau
mengembangkannya menjadi beberapa kata turunan. Dari kata turunan
tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan beberapa
ide/perasaan.
Pemekaran kata dengan memberi imbuhan itu pun akan membuat
katakata
tersebut mengalami perubahan jenis atau kelas katanya. Coba Anda
amati kata satu termasuk kata
bilangan/numeralia yang berarti “bilangan
asli pertama”. Kata satu diberi awalan ber- menjadi bersatu.
Kata tersebut
mengalami perubahan arti, meskipun masih memiliki arti dasar yang
tetap,
yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi
satu. Kata
bersatu bukan merupakan kelas
kata bilangan lagi, tetapi termasuk kelas
kata kerja.
Bagaimana pengimbuhannya?
Anda telah melihat bahwa dari satu kata (misalnya satu) dapat kita
bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan
pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Hal ini dapat berlaku
pula pada kata-kata yang lainnya. Perhatikan tabel berikut dengan cermat.
Kata Asal Verba
|
Pelaku
|
Proses
|
Hal/Tempat
|
Perbuatan
|
Hasil
|
asuh
|
pengasuh
|
pengasuhan
|
-
|
mengasuh
|
asuhan
|
baca
|
pembaca
|
pembacaan
|
membaca
|
bacaan
|
|
bangun
|
pembangun
|
pembangunan
|
membangun
|
bangunan
|
|
buat
|
pembuat
|
||||
cetak
|
pencetak
|
||||
edar
|
pengedar
|
||||
potong
|
pemotong
|
||||
sapu
|
penyapu
|
||||
tulis
|
penulis
|
||||
ukir
|
pengukir
|
||||
impor
|
pengimpor
|
3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang
mengalami proses pengulangan bentuk baik seluruh kata maupun sebagian. Semua
kata ulang wajib ditulis dengan memakai tanda penghubung (-).
Contoh:
lauk-pauk mondar-mandir
anak-anak porak-poranda
berjalan-jalan biri-biri
gerak-gerik kupu-kupu
dibesar-besarkan laba-laba
huru-hara
Macam-macam
kata ulang
1.
Ulangan seluruh kata dasar
Contoh:
anak-anak
meja-meja
buku-buku ibu-ibu
main-main makan-makan
2.
Ulangan kata dengan memberi
imbuhan
Contoh:
berjalan-jalan bermanja-manja
dibesar-besarkan dipukul-pukulkan
berlari-larian menarik-narik
3.
Ulangan seluruh kata, namun
terjadi perubahan suara pada kata yang kedua
Contoh:
gerak-gerik caci-maki
mondar-mandir compang-camping
huru-hara terang-benderang
bolak-balik carut-marut
lauk-pauk
4.
Ulangan seluruh kata yang
dinamakan kata asal
Misalnya :
anai-anai ubur-ubur
kunang-kunang lobi-lobi
kupu-kupu mata-mata
agar-agar
4. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua
kata atau lebih yang membentuk satu
pengertian.
Contoh:
duta besar
kereta api senja utama
meja tulis guru
rumah makan
terjun payung
buku sejarah baru
kereta api cepat luar biasa
lapangan udara
rumah sakit jiwa
siap tempur
Contoh
di atas menunjukkan bahwa kata dasar majemuk dapat sendiri dari gabungan dua
kata, tiga kata, empat kata, lima kata bahkan dapat lebih. Hal yang terpenting
adalah gabungan kata-kata itu harus menunjuk kepada satu arti dan tidak
melebihi batas fungsi sebagai kata. Cara penulisan kata majemuk ada yang terpisah
atas dua kata atau lebih, seperti contoh tadi (duta besar, rumah makan) dan ada
yang ditulis serangkai (jika hubungan kedua kata sudah sangat padu).
Contoh:
Matahari kacamata
sapu tangan beasiswa
olahraga antarkota
C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
Kita sudah mempelajari proses
pembentukan kata yang semua itu berpengaruh pada perubahan makna kata dari
makna awalnya. Selain proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan
oleh dua hal, yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna.
1.
Makna
Kata Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:
a.
Makna
denotatif
Makna denotatif ialah makna yang
paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti
sebenarnya.
Contoh:
1.
Bunga mawar itu
dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2.
Untuk menafkahi kedua anaknya, ia
menjual sayuran di pasar.
3.
Penjual menawarkan barang kepada
pembeli.
4.
Bajunya basah kuyup terkena
keringat.
b.
Makna
konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan
atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual)
disebut juga makna tambahan.
Contoh :
1.
Ayahnya mendapat kursi sebagai
anggota dewan.
kursi
artinya jabatan/kekuasaan
2.
Hatiku berbunga-bunga setelah
anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga
artinya gembira
3.
Sekarang ia bekerja di tempat yang
basah.
basah
artinya selalu menghasilkan uang
Dalam
pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan makna
kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1.
Neneknya sudah meninggal dua
hari yang lalu.
2.
Istri
Pak Dadang seorang perawat di
rumah sakit pusat.
3.
Ibunya Rosita sedang hamil lima
bulan.
4.
Mari kita doakan para pahlawan
yang telah gugur agar arwahnya
diterima
oleh Allah
Contoh cakupan makna kasar:
1.
Pamannya sudah mampus seminggu
yang lalu.
2.
Kakakku sedang bunting,
dia harus berhati-hati.
3.
Bininya
seorang dokter.
4.
Pahlawan telah mati di
medan laga.
c.
Makna
idiomatik (ungkapan)
Secara
umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata
yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya. Ungkapan
dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang
tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.
Contoh:
− ringan tangan = rajin bekerja, suka
memukul
− gerak langkah =
perbuatan
− dipeti-eskan = dibekukan
atau tidak digunakan
− tertangkap basah = terlihat saat melakukan
− gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir = mengubah haluan
− jantung hati = kekasih
Ungkapan
berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa
Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan
dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan
ibarat
kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci
ke dalam beberapa jenis berikut.
1.
Menurut jumlah kata
a. Dua kata
− mencari
ilham : berusaha
mencari ide baru
− bercermin
bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
− diam
seribu bahasa : membisu
− hutangnya
setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2.
Menurut zaman
a. Ungkapan lama
− matanya
bagai bintang timur :
bersinar, tajam
− rambutnya
bagai mayang mengurai : ikal,
keriting
− berminyak
air : berpura-pura
b. Ungkapan baru
− ranjau
pers : undang-undang pers
− berebut
senja : siang berganti malam
− ranum dunia : penyebab kesulitan
3.
Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa
asing
− black
sheep : kambing hitam
− over
nemen : mengambil oper
− side
effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa
daerah
− soko
guru : suri tauladan
− anak
bawang : yang tidak diutamakan
2.
Makna
Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,antonim, dan hiponim.
a.
Sinonim
Sinonim
ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama. Walaupun
sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata
itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat
digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau
penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan
penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang
sama maknanya :
Ø
Bung Hatta telah wafat. (telah =
sudah)
Ø
Kita merdeka karena jasa Bung
Hatta. (karena = sebab)
Ø
Bung Hatta sangat berjasa. (sangat
= amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki
kemiripan makna :
-
Tepat di muka gedung kantor pos
Jakarta berdirilah sebuah
kompleks bangunan kuno yang
kukuh.
- Persis di bangunan kantor pos
Jakarta kota tertancaplah
sebuah kawasan bangunan kolot yang
kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun
kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2
pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan
maknanya.
b.
Antonim
Antonim adalah kata-kata yang
berlawanan maknanya/berlawanan artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu
sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia
berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak
didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya,
ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat
beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim. Oposisi antarkata dapat
berbentuk seperti berikut.
a.
Oposisi kembar
Contoh:
o
laki-laki-perempuan
o
jantan–betina
o
hidup-mati
b.
Oposisi majemuk
Contoh:
o
baju-merah
o
sapu- tangan
o
rumah-makan
c.
Oposisi gradual
Contoh:
o
Kaya- miskin
o
panjang- pendek
d.
Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
o
orangtua-anak
o
guru-murid
o
memberi-menerima
e.
Oposisi inversi
Contoh:
o
Jual-beli
o
Pulang-pergi
f.
Oposisi komplementer
Contoh:
o
mur-baut
o
kompor-minyak
g.
Oposisi inkompabilitas
Contoh:
o
merah-hijau
h.
Oposisi hierarki
Contoh:
o
camat lurah.
c.
Hiponim
Hiponim
ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan beberapa kata yang lain. Hubungan
hierarki ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang
memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur
bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan
hipernim menimbulkan istilah kata
umum dan kata khusus. Kata umum dipakai untuk
mengungkapkan gagasan umum, sedangkan kata khusus digunakan
untuk perinciannya. Jadi, kata umum dapat diterapkan untuk semua hal,
sedangkan kata khusus diterapkan untuk hal tertentu saja. Contoh
penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering
cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan
untuk bunyi bel. Kata
umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara
benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai
melati dan mawar.
Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata
umumnya ialah
bunga.
Berdasarkan
contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas,
cermatilah kata umum dan kata
khusus pada tabel berikut ini.
Kata umum
|
Kata khusus
|
Melihat
|
memandang, menonton, meratap,
menyaksikan, menengok, mengintip
|
Mamalia
|
sapi, kambing, kucing
|
pola hidup
|
berfoya-foya, boros, irit,
mewah, sederhana
|
Musik
|
jazz, rock, keroncong.
|
kendaraan
|
mobil, motor, bus
|
Membawa
|
menjinjing,
memikul, memanggul, menenteng, menggendong
|
memotong
|
memenggal,
mengiris, menebang, memancung, menggergaji
|
D. Penggunaan Kamus dalam Mencari Bentuk, Kategori, dan
Makna Kata
Kamus
dapat membantu seseorang untuk mencari variasi bentukan kata, kelas kata, dan
contoh-contoh pemakaiannya, termasuk pelafalan, pedoman kata, dan bentuk
ungkapannya. Kamus disusun berdasarkan abjad yang disertai penjelasan
tentang makna dan pemakaiannya. Di dalam kamus, terdapat keterangan tentang
hal-hal berikut.
1 . Label bidang ilmu, contoh: Adm (administrasi dan kepegawaian), Anat (anatomi) Ark (arkeologi).
2 .
Dialek, contoh Jw untuk Jawa, BT untuk Batak, Ar
untuk Arab, Bld untuk Belanda.
3 .
Ragam bahasa, contoh cak untuk cakapan, hor untuk ragam hormat, kas untuk ragam kasar.
4 .
Penjelasan makna, contoh berlari:
berjalan kencang,
5 .
Label kelas kata, contoh a (adjektiva), adv (adverbia), n (nomina), v (verba)
E.
Bentukan
Kata/Frasa Baru
Kata adalah satuan terkecil dari
tata bahasa yang bermakna. Makna kata merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dari pikiran yang disampaikan lewat
bahasa. Dari satu kata, dapat kita bentuk belasan kata turunannya. Bentuk
berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk
dan maknanya. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, kata banyak mengalami
penambahan. Hal ini terjadi karena adanya proses asimilasi dan
adaptasi dari kosakata asing dan juga akibat paradigma atau proses analogi.
Paradigma artinya pembentukan kata mengikuti
pola atau contoh yang
sudah ada, sedangkan analogi membandingkan pola yang sudah ada.
Pada dasarnya keduanya sama.
Contoh pembentukan frasa berdasarkan paradigma atau
analogi.
1. Dari frasa rumah produksi,
muncul frasa yang sejenis, yaitu:
- Ø rumah singgah
- Ø rumah potong
- Ø rumah duka
- Ø rumah industri
2. Dari frasa bawah
sadar, muncul frasa baru:
- Ø bawah umur
- Ø bawah standar
- Ø bawah tanah
- Ø bawah harga
3. Dari bentukan kata pramugari dan
pramuniaga, muncullah bentukan
kata:
- Ø pramuwisma
- Ø pramusiwi
- Ø pramusaji
- Ø pramuria
- Ø pramuwisata
- Ø pramujasa
4. Dari frasa alih bahasa,
timbul frasa:
- Ø alih ragam
- Ø alih ilmu
- Ø alih kuasa
- Ø alih haluan
- Ø alih teknologi
5. Dari frasa hari raya muncul
frasa baru :
- Ø jalan raya
- Ø pasar raya
- Ø panen raya
6. Dari kata tamu agung muncul
- Ø jaksa agung
- Ø upacara agung
- Ø hakim agung
- Ø jumat agung
- Ø dewan pertimbangan agung
- Ø mahkamah agung
- Ø karya agung
7. Dari gabungan kata angkat topi timbul
gabungan kata:
- Ø angkat diri
- Ø angkat bicara
- Ø angkat sumpah
- Ø angkat sembah
- Ø angkat bahu
- Ø angkat kaki
8. Dari istilah adipati,
timbul istilah:
- Ø adibusana
- Ø adikuasa
- Ø adidaya
- Ø adikarya
Contoh
pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan asing.
- Ø -if : aktif, agresif
- Ø -er : komplementer, parlementer
- Ø -al : struktur, normal
- Ø -is : teknis, praktis
- Ø -isasi : modernisasi, normalisasi, legalisasi
- Ø pasca- : pascapanen, pascasarjana
- Ø pra- : prasejarah, prakarsa.
F.
Pemakaian
Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat
Dalam
kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, adakalanya pemakai bahasa tidak
cermat memilih kata yang dituangkannya di dalam kalimat. Akibatnya,
kalimat yang diungkapkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan kaidah yang
benar. Kesalahan itu dapat terjadi pada penggunaan bentuk kata (proses
morfologi), pemakaian kelompok kata (frasa), pemilihan ungkapan, atau
keefektifan kalimat.
Dalam bentuk lisan, kesalahan itu
terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut.
1.
Kesalahan penggunaan imbuhan
(bentuk kata).
2.
Ketidaktepatan pemakaian frasa
(kelompok kata).
3.
Kesalahan kalimat
Kesalahan
juga banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau frasa yang baru yang tidak lazim
atau tidak benar secara kaidah bahasa. Ketidaktepatan bentukan kata atau
frasa juga dapat disebabkan kesalahan secara analogi atau paradigma.
Perhatikanlah contoh di bawah ini.
a. pertanggungan jawab dalam kalimat “Laporan
pertanggungan jawab
gubernur
telah diterima sebagian besar anggota dewan.” (tidak tepat
secara
kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban.
b. goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli goreng
pisang untuk adiknya.”
(tidak
tepat secara kaidah/tidak lazim ) seharusnya pisang
goreng.
c. pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi
pengangguran setelah
perusahaannya bangkrut.” (salah
secara analogi) seharusnya penganggur
dari kata menganggur
(verba)-penganggur (nomina)-pengangguran
(nomina proses)
d. ruang rokok untuk ruang khusus merokok (tidak
lazim) meskipun
dianalogikan
kepada ruang tunggu untuk ruang khusus menunggu.
e. Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat secara analogi, sebab
kata tersebut
berasal dari kata belajar yang diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhenti
menjadi pemberhentian.
f. Kata penglepasan, pada
kalimat “ Penglepasan siswa kelas XII dimeriahkan
dengan kegiatan pentas seni dari
siswa-siswi.” Tidak tepat secara
analogi, sebab
kata dasarnya lepas, jika
diberi imbuhan pe-an, menjadi
pelepasan.
Untuk
membuat kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat efektif. Kalimat yang baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut.
- Kepadanan
o
Memiliki S dan P dengan jelas.
(di depan S tidak boleh ada kata
depan dan di depan P tidak boleh
ada kata penghubung yang)
Contoh:
(1) Semua mahasiswa perguruan
tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (benar)
(2) Bagi semua mahasiswa perguruan
tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (salah)
o
Tidak terdapat S ganda.
Contoh:
(1) Dia pulang setelah dia membeli
berbagai kebutuhan. (salah)
(2) Dia pulang setelah membeli
berbagai kebutuhan. (benar)
o
Kata penghubung intra kalimat
tidak dipakai dalam kalimat
tunggal.
Contoh:
(1) Kami datang agak terlambat.
Sehingga kami tidak dapat
mengikuti
acara pertama. (salah)
(2)
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. (benar)
b 2. Keparalelan
Persamaan bentuk kata digunakan
dalam kalimat yang mengandung
rincian.
Contoh:
(1) Harga
minyak dibekukan dan dinaikkan secara bertahap (benar)
(2) Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
3.
Kehematan
Kehematan menggunakan kata atau
frasa
o
Menghindarkan penjamakan bentuk
jamak
Contoh:
(1) Para tamu-tamu mencicipi
hidangan yang disediakan. (salah)
(2) Para tamu mencicipi hidangan
yang disediakan. (benar)
o
Penggunaan kata-kata yang
berlebihan.
Contoh:
(1) Ia memakai baju warna merah.
(salah)
(2) Ia memakai baju merah. (benar)
d 4.
Kepaduan (tegas dan lugas)
o
Hindarkan kalimat bertele-tele.
Contoh:
(1)
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita,
orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan yang secara tidak
sadar bertindak ke luar
dari kepribadian manusia Indonesia dari
sudut kemanusiaan
yang adil dan beradab. (salah)
(2) Kita harus dapat mengembalikan
kepribadian kita yang sudah
ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari
kepribadian manusia
Indonesia yang adil dan beradab.
e 5.
Kecermatan
Kecermatan pemakaian kata,
penulisan kata, penggunaan tanda baca.
Contoh : Dua puluh lima ribuan. Bisa
diartikan dua puluh lima lemar uang ribuan (Rp 25.000,-) Atau Dua puluh lembar
uang, lima ribuan.
0 komentar:
Posting Komentar