Rabu, Desember 04, 2013

KELAS XI BAB 4 MEMBACA UNTUK MEMAHAMI MAKNA KATA, BENTUK KATA UNGKAPAN, DAN KALIMAT DALAM KONTEKS BEKERJA

A. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata
Untuk mendayagunakan bahasa secara maksimal, diperlukan kesadaran
akan pentingnya pengayaan kosakat. Kesadaran itulah yang memotivasi
kita untuk lebih rajin membaca. Membaca merupakan kegiatan berbahasa
yang secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui
media tulis, seperti buku, majalah, dan surat kabar. Aktivitas membaca
tidak saja dilakukan untuk menyerap informasi atau pesan yang diuraikan
di dalam bacaan, tetapi membaca dapat juga dilakukan dengan tujuan
menelaah unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah bacaan, terkandung banyak unsur bahasa yang berkaitan
dengan makna kata dan ruang lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa
yang berhubungan dengan ungkapan dan bentuk-bentuk pemakaiannya.
Pada bab ini, kita akan membahas dan menelaah unsur-unsur kebahasaan
di dalam bacaan berkaitan dengan kata, bentuk kata, ungkapan, serta
kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata.
Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu
kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai
fungsi dan peranan yang berbeda sesuai dengan kelas kata atau jenis katanya. Di kelas X, kita sudah mempelajari kelas kata dan pada bab ini akan
dibahas kembali tentang kelas kata dan hubungannya dengan kalimat.

Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
(1) kata kerja (verba)
(2) kata sifat (adjektif )
(3) kata keterangan (adverbia)
(4) kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) kata tugas
1. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata
kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke
dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.



(1)    Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi (Pergi dengan gembira.)
tidur (Tidur dengan nyenyak.)
jalan (Jalan dengan santai.)
(2)    Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
(telah) pergi
      (3)  Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
(tidak) makan
(tidak) lihat
(tidak) pulang
(4)    Berawalan me- dan ber-
Contoh:
melatih
melihat
merakit
berdiskusi
berpikir
berusaha
2. Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat
berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila
memenuhi persyaratan berikut.
(1)    Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata
sekali.
            Contoh:
indah (sangat indah/indah sekali)
baik (sangat baik/baik sekali)
tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
(2)    Dapat diberi awalan se- dan ter-.
            Contoh:
luas (seluas/terluas)
bodoh (sebodoh/terbodoh)
mudah (semudah/termudah)
buruk (seburuk/terburuk)
baik (sebaik/terbaik)


(3)    Dapat diingkari dengan kata tidak.
             Contoh:
murah (tidak murah)
sulit (tidak sulit)
pahit (tidak pahit)
3.  Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan
pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Berikut adalah macam-macam adverbia.
(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya,
tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
(2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya ; agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,
     paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidak
    mungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau,
    agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
4.1. Kata benda
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,
ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu
kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi
persyaratan berikut.

(1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
     Contoh:
mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang
sangat indah)
pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2) Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
     Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
(3) Dapat diingkari dengan kata bukan.
     Contoh :
saya (bukan saya)
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk)
4.2. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu
pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau
nomina.
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.
4.3. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk
menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
5. Kata Tugas
Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan,
(3)   kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.

(1)  Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk arah
dari pasar = menunjuk tempat
pada hari senin = menunjuk waktu

(2)  Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa
yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3)  Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru (sang bermakna tunggal)
para pemimpin (para bermakna jamak)
si cantik (si bermakna netral)

(4)  Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
Wah, mahal sekali!” kata adik.
Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah
hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.

(5) Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan -pun

Kita baru saja mempelajari kelas kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu
wacana, tentu terdapat berbagai kata, frasa, dan kalimat. Kita dapat merinci
setiap kata berdasarkan kelas katanya.

B. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan
3. Kata Ulang
4. Kata Majemuk
1.  Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang tidak berimbuhan atau yang belum
diberikan awalan, akhiran, sisipan, dan penggabungan awalan akhiran.
Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar
karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan. Jika katakata
itu diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran, pekerja, kesakitan,
dan pegunungan. Jika sudah mengalami penambahan atau pengimbuhan,
kata tersebut sudah dikategorikan ke dalam kata turunan.

2.  Kata Turunan
Sebuah kata dapat menyampaikan beberapa pengertian melalui
bentukan-bentukannya. Dari satu kata pula, kita dapat membuat atau
mengembangkannya menjadi beberapa kata turunan. Dari kata turunan
tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan beberapa ide/perasaan.
Pemekaran kata dengan memberi imbuhan itu pun akan membuat katakata
tersebut mengalami perubahan jenis atau kelas katanya. Coba Anda
amati kata satu termasuk kata bilangan/numeralia yang berarti “bilangan
asli pertama”. Kata satu diberi awalan ber- menjadi bersatu. Kata tersebut
mengalami perubahan arti, meskipun masih memiliki arti dasar yang tetap,
yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kata
bersatu bukan merupakan kelas kata bilangan lagi, tetapi termasuk kelas

kata kerja.
       Bagaimana pengimbuhannya?
Anda telah melihat bahwa dari satu kata (misalnya satu) dapat kita
bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan
pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Hal ini dapat berlaku
pula pada kata-kata yang lainnya. Perhatikan tabel berikut dengan cermat.

Kata Asal Verba
Pelaku
Proses
Hal/Tempat
Perbuatan
Hasil
asuh
pengasuh
pengasuhan
-
mengasuh
asuhan
baca
pembaca
pembacaan

membaca
bacaan
bangun
pembangun
pembangunan

membangun
bangunan
buat
pembuat
 pembuatan
 perbuatan
membuat
buatan 
cetak
pencetak
 pencetakan
 percetakan
mencetak 
 cetak
edar
pengedar
 pengedaran
 pengedaran
mengedar 
edaran 
potong
pemotong
 pemotongan
perpotongan
 memotong
potong
sapu
penyapu
 penyapuan
persapuan
 menyapu
sapu
tulis
penulis
penulisan

menulis
 tulisan
ukir
pengukir
pengukiran

mengukir
 ukiran
impor
pengimpor
pengimporan

 mengimpor
 imporan

3.  Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk baik seluruh kata maupun sebagian. Semua kata ulang wajib ditulis dengan memakai tanda penghubung (-).
Contoh:
lauk-pauk                    mondar-mandir
anak-anak                    porak-poranda
berjalan-jalan               biri-biri
gerak-gerik                  kupu-kupu
dibesar-besarkan         laba-laba
huru-hara
Macam-macam kata ulang
1.       Ulangan seluruh kata dasar
Contoh:
anak-anak                    meja-meja
buku-buku                   ibu-ibu
main-main                   makan-makan

2.      Ulangan kata dengan memberi imbuhan
Contoh:
berjalan-jalan               bermanja-manja
dibesar-besarkan         dipukul-pukulkan
berlari-larian                menarik-narik
3.      Ulangan seluruh kata, namun terjadi perubahan suara pada kata yang kedua
Contoh:
gerak-gerik                  caci-maki
mondar-mandir           compang-camping
huru-hara                     terang-benderang
bolak-balik                  carut-marut
lauk-pauk
4.      Ulangan seluruh kata yang dinamakan kata asal
Misalnya :
anai-anai                      ubur-ubur
kunang-kunang           lobi-lobi
kupu-kupu                   mata-mata
agar-agar
4.  Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu pengertian.
Contoh:
duta besar
kereta api senja utama
meja tulis guru
rumah makan
terjun payung
buku sejarah baru
kereta api cepat luar biasa
lapangan udara
rumah sakit jiwa
siap tempur

Contoh di atas menunjukkan bahwa kata dasar majemuk dapat sendiri dari gabungan dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata bahkan dapat lebih. Hal yang terpenting adalah gabungan kata-kata itu harus menunjuk kepada satu arti dan tidak melebihi batas fungsi sebagai kata. Cara penulisan kata majemuk ada yang terpisah atas dua kata atau lebih, seperti contoh tadi (duta besar, rumah makan) dan ada yang ditulis serangkai (jika hubungan kedua kata sudah sangat padu).
Contoh:
Matahari          kacamata
sapu tangan     beasiswa
olahraga           antarkota

C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
Kita sudah mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu berpengaruh pada perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal, yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna.
1.      Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:

a.      Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:

1.    Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2.    Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3.    Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4.    Bajunya basah kuyup terkena keringat.

b.      Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan.
Contoh :
1.    Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2.    Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3.    Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang

Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan makna kasar.

Contoh cakupan makna halus:

1.    Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2.    Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3.    Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4.    Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya
diterima oleh Allah

Contoh cakupan makna kasar:

1.    Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2.    Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3.    Bininya seorang dokter.
4.    Pahlawan telah mati di medan laga.

c.       Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya. Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.

Contoh:
ringan tangan                       = rajin bekerja, suka memukul
gerak langkah                      = perbuatan
dipeti-eskan                                     = dibekukan atau tidak digunakan
tertangkap basah                  = terlihat saat melakukan
gali lubang tutup lubang      = pinjam sini, pinjam sana
banting stir                           = mengubah haluan
jantung hati                          = kekasih

Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan
ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut.

1. Menurut jumlah kata
a. Dua kata
mencari ilham                       : berusaha mencari ide baru
bercermin bangkai                : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
diam seribu bahasa               : membisu
hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya


2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
matanya bagai bintang timur                       : bersinar, tajam
rambutnya bagai mayang mengurai             : ikal, keriting
berminyak air                                               : berpura-pura
b. Ungkapan baru
ranjau pers                : undang-undang pers
berebut senja            : siang berganti malam
ranum dunia             : penyebab kesulitan
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
black sheep              : kambing hitam
over nemen              : mengambil oper
side effect                 : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
soko guru                 : suri tauladan
anak bawang            : yang tidak diutamakan

2.      Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna

Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,antonim, dan hiponim.

a.      Sinonim

Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :

Ø  Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
Ø  Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
Ø  Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)

Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
-       Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah
kompleks bangunan kuno yang kukuh.
-       Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah
sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.

Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan maknanya.

b.      Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan artinya.

Contoh:
a)      Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b)      Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c)      Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d)     Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.

Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim. Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a.       Oposisi kembar
Contoh:
o   laki-laki-perempuan
o   jantan–betina
o   hidup-mati
b.      Oposisi majemuk
Contoh:
o   baju-merah
o   sapu- tangan
o   rumah-makan
c.       Oposisi gradual
Contoh:
o   Kaya- miskin
o    panjang- pendek
d.      Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
o   orangtua-anak
o   guru-murid
o   memberi-menerima
e.       Oposisi inversi
Contoh:
o   Jual-beli
o   Pulang-pergi
f.        Oposisi komplementer
Contoh:
o   mur-baut
o   kompor-minyak
g.      Oposisi inkompabilitas
Contoh:
o   merah-hijau

h.      Oposisi hierarki
Contoh:
o   camat lurah.

c.       Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan
hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus. Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti berikut.
1.      Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata
umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara
benda/sesuatu.
2.       Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar.
Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah
bunga.
Berdasarkan contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas,
cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel berikut ini.
Kata umum
Kata khusus
Melihat
memandang, menonton, meratap,
menyaksikan, menengok, mengintip
Mamalia
sapi, kambing, kucing
pola hidup
berfoya-foya, boros, irit, mewah, sederhana
Musik
jazz, rock, keroncong.
kendaraan
mobil, motor, bus
Membawa
menjinjing, memikul, memanggul, menenteng, menggendong
memotong
memenggal, mengiris, menebang, memancung, menggergaji






   D.  Penggunaan Kamus dalam Mencari Bentuk, Kategori, dan Makna      Kata
Kamus dapat membantu seseorang untuk mencari variasi bentukan kata, kelas kata, dan contoh-contoh pemakaiannya, termasuk pelafalan, pedoman kata, dan bentuk ungkapannya. Kamus disusun berdasarkan abjad yang disertai penjelasan tentang makna dan pemakaiannya. Di dalam kamus, terdapat keterangan tentang hal-hal berikut.

1  .      Label bidang ilmu, contoh: Adm (administrasi dan kepegawaian), Anat (anatomi) Ark (arkeologi).
2  .      Dialek, contoh Jw untuk Jawa, BT untuk Batak, Ar untuk Arab, Bld untuk Belanda.
3  .       Ragam bahasa, contoh cak untuk cakapan, hor untuk ragam hormat, kas untuk ragam kasar.
4  .      Penjelasan makna, contoh berlari: berjalan kencang,
5  .      Label kelas kata, contoh a (adjektiva), adv (adverbia), n (nomina), v (verba)
           
    E.   Bentukan Kata/Frasa Baru
Kata adalah satuan terkecil dari tata bahasa yang bermakna. Makna kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan dari pikiran yang disampaikan lewat bahasa. Dari satu kata, dapat kita bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, kata banyak mengalami penambahan. Hal ini terjadi karena adanya proses asimilasi dan adaptasi dari kosakata asing dan juga akibat paradigma atau proses analogi. Paradigma artinya pembentukan kata mengikuti pola atau contoh yang sudah ada, sedangkan analogi membandingkan pola yang sudah ada. Pada dasarnya keduanya sama.

Contoh pembentukan frasa berdasarkan paradigma atau analogi.

1.      Dari frasa rumah produksi, muncul frasa yang sejenis, yaitu:
  • Ø  rumah singgah
  • Ø  rumah potong
  • Ø  rumah duka
  • Ø  rumah industri

2.       Dari frasa bawah sadar, muncul frasa baru:
  • Ø  bawah umur
  • Ø  bawah standar
  • Ø  bawah tanah
  • Ø  bawah harga

3.      Dari bentukan kata pramugari dan pramuniaga, muncullah bentukan
kata:
  • Ø  pramuwisma
  • Ø  pramusiwi
  • Ø  pramusaji
  • Ø  pramuria
  • Ø  pramuwisata
  • Ø  pramujasa

4.      Dari frasa alih bahasa, timbul frasa:
  • Ø  alih ragam
  • Ø  alih ilmu
  • Ø  alih kuasa
  • Ø  alih haluan
  • Ø  alih teknologi

5.      Dari frasa hari raya muncul frasa baru :
  • Ø  jalan raya
  • Ø  pasar raya
  • Ø  panen raya

6.      Dari kata tamu agung muncul
  • Ø  jaksa agung
  • Ø  upacara agung
  • Ø  hakim agung
  • Ø  jumat agung
  • Ø  dewan pertimbangan agung
  • Ø  mahkamah agung
  • Ø  karya agung

7.      Dari gabungan kata angkat topi timbul gabungan kata:
  • Ø  angkat diri
  • Ø  angkat bicara
  • Ø  angkat sumpah
  • Ø  angkat sembah
  • Ø  angkat bahu
  • Ø  angkat kaki

8.      Dari istilah adipati, timbul istilah:
  • Ø  adibusana
  • Ø  adikuasa
  • Ø  adidaya
  • Ø  adikarya

Contoh pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan asing.
  • Ø  -if : aktif, agresif
  • Ø  -er : komplementer, parlementer
  • Ø  -al : struktur, normal
  • Ø  -is : teknis, praktis
  • Ø  -isasi : modernisasi, normalisasi, legalisasi
  • Ø  pasca- : pascapanen, pascasarjana
  • Ø  pra- : prasejarah, prakarsa.



   F.   Pemakaian Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat
Dalam kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, adakalanya pemakai bahasa tidak cermat memilih kata yang dituangkannya di dalam kalimat. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Kesalahan itu dapat terjadi pada penggunaan bentuk kata (proses morfologi), pemakaian kelompok kata (frasa), pemilihan ungkapan, atau keefektifan kalimat.

Dalam bentuk lisan, kesalahan itu terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut.

1.      Kesalahan penggunaan imbuhan (bentuk kata).
2.      Ketidaktepatan pemakaian frasa (kelompok kata).
3.      Kesalahan kalimat


Kesalahan juga banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau frasa yang baru yang tidak lazim atau tidak benar secara kaidah bahasa. Ketidaktepatan bentukan kata atau frasa juga dapat disebabkan kesalahan secara analogi atau paradigma.

Perhatikanlah contoh di bawah ini.

a.       pertanggungan jawab dalam kalimat “Laporan pertanggungan jawab
gubernur telah diterima sebagian besar anggota dewan.” (tidak tepat
secara kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban.
b.      goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli goreng pisang untuk adiknya.”
(tidak tepat secara kaidah/tidak lazim ) seharusnya pisang goreng.
c.       pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi pengangguran setelah
perusahaannya bangkrut.” (salah secara analogi) seharusnya penganggur
dari kata menganggur (verba)-penganggur (nomina)-pengangguran
(nomina proses)
d.      ruang rokok untuk ruang khusus merokok (tidak lazim) meskipun
dianalogikan kepada ruang tunggu untuk ruang khusus menunggu.
e.       Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat secara analogi, sebab kata tersebut
berasal dari kata belajar yang diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhenti
menjadi pemberhentian.
f.       Kata penglepasan, pada kalimat “ Penglepasan siswa kelas XII dimeriahkan
dengan kegiatan pentas seni dari siswa-siswi.” Tidak tepat secara
analogi, sebab kata dasarnya lepas, jika diberi imbuhan pe-an, menjadi
pelepasan.
Untuk membuat kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat efektif. Kalimat yang baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut.

  1. Kepadanan

o   Memiliki S dan P dengan jelas.
(di depan S tidak boleh ada kata depan dan di depan P tidak boleh
ada kata penghubung yang)
Contoh:
(1) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (benar)
(2) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (salah)
o   Tidak terdapat S ganda.
Contoh:
(1) Dia pulang setelah dia membeli berbagai kebutuhan. (salah)
(2) Dia pulang setelah membeli berbagai kebutuhan. (benar)
o   Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat
tunggal.
Contoh:
(1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. (salah)
(2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat
     mengikuti acara pertama. (benar)
b      2.   Keparalelan
Persamaan bentuk kata digunakan dalam kalimat yang mengandung
rincian.
Contoh:
(1) Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara bertahap (benar)
(2) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
       3.       Kehematan
Kehematan menggunakan kata atau frasa
o   Menghindarkan penjamakan bentuk jamak
Contoh:
(1) Para tamu-tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (salah)
(2) Para tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (benar)
o   Penggunaan kata-kata yang berlebihan.
Contoh:
(1) Ia memakai baju warna merah. (salah)
(2) Ia memakai baju merah. (benar)
d    4.      Kepaduan (tegas dan lugas)
o   Hindarkan kalimat bertele-tele.
Contoh:
(1) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita,
      orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
      kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar
     dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan
     yang adil dan beradab. (salah)
(2) Kita harus dapat mengembalikan kepribadian kita yang sudah
      ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari kepribadian manusia
      Indonesia yang adil dan beradab.
e     5.       Kecermatan
Kecermatan pemakaian kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca.
Contoh : Dua puluh lima ribuan. Bisa diartikan dua puluh lima lemar uang ribuan (Rp 25.000,-) Atau Dua puluh lembar uang, lima ribuan.

0 komentar:

Posting Komentar