BAB 3 Kelas X


MEMBACA CEPAT UNTUK MEMAHAMI
INFORMASI TERTULIS
A. Membaca Cepat Permulaan

            Membaca dengan cara lama harus diubah dengan pola baru, yaitu membaca cepat
pemahaman atau membaca efektif agar proses penyerapan ilmu atau informasi juga dapat dilakukan dengan cepat. Membaca cepat bukan membaca dengan cepat tanpa ada yang terserap dari isi bacaan karena tujuan membaca adalah memahami isi bacaan yang dibaca. Yang dimaksud membaca cepat pemahaman adalah membaca dengan waktu yang lebih cepat dari membaca normal namun tetap dapat memahami isi bacaan sekurang-kurangnya 60 persen. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan mengubah pola membaca yang salah yang sudah menjadi kebiasaan dengan sistem membaca yang baru. Cara lama yang
harus dihilangkan itu meliputi hal-hal berikut :
1. membaca dengan suara nyaring atau melafalkan kata per kata.
2. membaca dengan menunjukkan jari pada bacaan.
3. membaca dengan menggerakkan kepala mengikuti baris bacaan.
4. membaca dengan melihat kembali ke bacaan sebelumnya/regresi.
5. membaca dengan menggerakkan bibir.
6. membaca dengan melafazkan dalam batin atau pikiran kata-kata yang dibaca atau subvokalisasi.
            Untuk melatih kecepatan membaca, Anda dapat melakukan pengukuran waktu lamanya membaca. Sebelumnya, Anda menentukan target lamanya membaca untuk panjangnya bacaan atau jumlah kata dalam bacaan. Walaupun ukuran kecepatan yang ideal setiap orang bergantung pada jenis bacaan dan tujuan membaca, tapi untuk tahap awal, Anda
dapat mengambil ukuran membaca cepat pemula, yaitu membaca dengan kecepatan 120-150 kpm (kata per menit). Caranya seperti brikut.
1. Carilah bacaan ringan yang banyaknya lebih kurang 300 kata. Atau jika bacaan panjang
     hitunglah setiap kata dalam bacaan hingga jumlah 300 kata (Lihat cara perhitungannya
     dalam penjelasan selanjutnya).
2. Sebelum membaca, catatlah dulu waktu mulai setepat-tepatnya.
3. Selesai membaca, catatlah waktunya.
4. Hitung berapa menit dan detik lamanya membaca.
5. Jika belum sampai target, ulangilah kembali dari awal pada bacaan yang lain.
6. Setelah mencapai target waktu, cobalah menguraikan kembali hal yang sudah dibaca
    dengan bahasa sendiri untuk mengukur tingkat ingatan dan pemahaman.

- Rumus mengukur kecepatan membaca dengan ukuran satuan kata per
menit (kpm).
Rumus kpm, ialah:
Jumlah kata yang dibaca
–––––––––––––––––––––– X 60 = jumlah kpm (kata per menit)
Jumlah detik untuk membaca
Jika seseorang membaca 300 kata dalam 1 menit atau 120 detik,
kecepatan membacanya:
300
––– X 60 = 150 kpm
120
B. Membaca Lanjutan dengan Sistem
     Membaca Layap dan Membaca Memindai

      Bagaimana agar kita dapat membaca sejumlah bahan bacaan yang
cukup banyak dan penting bagi kita dengan ketersediaan waktu yang tidak
cukup lapang? Atau kita harus menemukan informasi tertentu yang begitu
penting dalam ribuan data atau ribuan rangkaian kata-kata dan kalimat. Ada
dua teknik membaca cepat yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan
waktu dan memberikan hasil yang efektif sesuai tujuan membaca. Dua
cara membaca tersebut ialah membaca dengan teknik layap (skimming) dan
membaca dengan teknik memindai (scanning).
      Membaca skimming artinya membaca dengan tujuan hanya mencari ide
pokok atau saripati dari bahan bacaan yang dibaca. Jika dalam membaca
seseorang hanya membutuhkan fakta-fakta tertentu atau hal-hal penting
saja dari sebuah rangkaian informasi atau bacaan dengan mengabaikan
unsur detailnya, dapat menggunakan teknik pelayapan (skimming). Jika
seseorang membaca dengan tujuan hanya mencari fakta atau data tertentu
dan ingin langsung menuju ke hal tertentu tersebut, dapat menggunakan
teknik pemindaian (scanning). Teknik ini dipergunakan dalam aktivitas
mencari nomor di buku telepon, data statistik, mencari kata dalam kamus
atau indeks, dan sebagainya.
      Dalam teknik membaca pelayapan, pembaca dituntut memfokuskan
pandangan hanya pada unsur-unsur penting dalam bacaan. Jadi, tidak
semua kata dibaca karena tidak semua yang tercetak atau terurai dalam
kata-kata pada suatu bacaan penting bagi pembaca. Dalam hal ini, pembaca
harus dengan terampil melebarkan pandangan hanya pada bagian-bagian
tertentu yang dianggap penting dengan selalu melompati atau melewati
hal-hal yang dianggap tak penting. Begitu pula pada teknik pemindaian
pandangan mata hanya akan terfokus pada hal-hal penting barupa data
atau fakta yang dicari. Semua ini membutuhkan latihan cara menatap atau
menggerakkan mata ketika membaca. Membaca bukan melihat kata per
kata tetapi melihat bagian per bagian (fiksasi). Untuk melatih kecepatan
mata dalam melakukan lompatan-lompatan atau melatih jangkauan mata
secara menyamping (horiziontal) maupun melayap ke bawah (vertikal).

CONTOH :
Carilah nama buah pada kumpulan kata-kata di bawah ini: Waktu 10 detik.
Bata aman apel Andi Anda pelajar petai akan dadu didi adel maka cecak cecilia cermai cantik
duri makin mati nanti nama nangka nasib Nani tikus taman duku delman dadu cerita jaga hari
juga lilin jeruk jamin jujur jaman Januari Rara siapa santai Agus koper kaki manis mama ragu lemon sakit hanya masih minta duren hasil tapi pepaya Adi cangkir rasa lima gagal roda lama gagu ramai api susu melon cucu apik markisa ini
Nama buah yang ditemukan berjumlah ... buah






C. Teknik Membuat Catatan

      Dalam membaca pemahaman, jika bahan bacaan banyak dan tak semua
hal-hal penting dapat diingat atau dipahami, pembaca perlu membuat
catatan. Catatan ini dibuat sebagai sarana membantu menguatkan ingatan
atau pemahaman terhadap isi bacaan sesuai dengan tujuan membaca.
Tidak semua uraian dicatat. Tujuan membaca secara umum adalah
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau memahami gagasan
yang disampaikan penulis dalam bacaan. Agar catatan terarah, hal-hal yang
perlu dicatat adalah, seperti berikut :
1. Kata-kata kunci berupa kata/frasa/klausa yang dapat mengantarkan pada pikiran pokok.
2. Ide pokok atau gagasan utama setiap paragraf.
3. Data dan fakta yang mendukung gagasan seperti hasil penelitian, angka-angka, dan lain”
4. Informasi yang dianggap menarik termasuk pemikiran baru, opini, tanggapan, atau
     penyelesaian suatu masalah.
5. Pendapat atau penilaian penulis mengenai hal-hal tertentu.
6. Jika yang dibaca berbentuk buku, jangan lupa catat halaman tempat informasi yang dicatat
    berada untuk memudahkan mencari kembali.


D. Teknik Menyusun Bagian

      Dalam setiap karangan terdapat kumpulan ide pokok atau gagasan
yang mendukung satu tema karangan. Setiap ide pokok diuraikan menjadi
paragraf, masing-masing paragraf saling berkaitan. Gagasan pokok yang
ada dalam setiap paragraf diuraikan menjadi kalimat utama dan kalimat
penjelas. Untuk memahami sebuah karangan, kita dapat juga menggunakan
teknik menyusun bagian, yaitu membedah karangan menjadi bagianbagian
yang merupakan unsur pembangunnya.
Contoh :
- Kalimat utama
-􀃆 Ide pokok - Kalimat penjelas ---- (deduktif)
      - Kalimat Penjelas
Topik ----
􀃆 Ide pokok - Kalimat penjelas
      - Kalimat penjelas ----(induktif)
- Kalimat utama
Setelah menyusun bagian-bagian karangan yang merupakan bentuk
kerangka karangan, Anda dapat menentukan bagian-bagian tersebut dalam
karangan yang dibaca lalu menyusunnya sesuai bagian-bagiannya.

E. Menafsirkan Kata, Bentuk Kata, dan
     Ungkapan Idiomatik

      Di dalam bacaan yang kita baca, adakalanya terdapat penggunaan
kata yang berbentuk istilah atau kata yang memerlukan penafsiran khusus.
Selain kata, terdapat pula penggunaan bentuk kata atau kata turunan serta
pemakaian ungkapan idiomatik yang maknanya perlu dijelaskan. Untuk
membantu mendapatkan penjelasan mengenai pengertian kata, bentuk
kata, dan makna idiomatik, kita dapat menggunakan kamus seperti Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Di dalam kamus, sebuah kata dijelaskan secara
detail mengenai arti kata, asal kata, kata turunannya, kelas kata, serta
pengertian kiasnya jika ada
      Wacana yang temanya menyangkut bidang ilmu tertentu seperti:
pertanian, teknik, atau kesehatan. Biasanya banyak menggunakan istilah
khusus yang menyangkut bidang tersebut, termasuk juga penggunaan
bentuk kata, atau ungkapan idiomatiknya. Langkah dalam membaca
pemahaman selain mencatat pokok-pokok isi bacaan, juga mendaftarkan
istilah, bentuk kata, dan penggunaan ungkapan idiomatik yang tidak
dimengerti untuk dicarikan maknanya dengan membuka kamus bahasa
ataupun kamus istilah.
      Untuk wacana berbentuk karya sastra seperti cerpen dan puisi, sering
kita temui pula kata atau bentukan kata yang tidak bermakna umum
melainkan memiliki nuansa makna yang lebih bersifat kedaerahan atau
bahasa sehari-hari seperti njelimet, ngawur, kesetanan. Untuk membantu
memahami kata-kata seperti itu, kita dapat memanfaatkan kamus.
Di samping itu, di dalam puisi atau syair lagu, sering kita temukan
penggunaan ungkapan atau idiom. Untuk memahami puisi, kita juga harus
dapat menafsirkan bentuk-bentuk idiom atau ungkapan yang bersifat
idiomatik.

- Contoh penggunaan ungkapan dalam puisi.
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
(Bait kedua, puisi berjudul “Padamu Jua” karya Amir Hamzah)

      Dalam puisi tersebut, terdapat ungkapan kandil kemerlap yang
berarti Lilin yang terang. Dan ungkapan pelita jendela ditafsirkan dengan
penerang alam sekitarnya. Atau pemberi petunjuk. Dan malam gelap ialah
sesuatu yang tidak diketahui atau tidak tentu arah. Kau pada puisi tersebut
dimaknai dengan Tuhan. Tuhan menjadi petunjuk jalan kebenaran.
Jadi, dalam memahami puisi atau syair, kita harus memahami simbolsimbol
yang digunakan.
      Simbol atau makna kias dapat tercermin dari penggunaan kata, bentukan kata, atau ungkapan yang tak biasa. Untuk memahaminya, kita dapat melihat dari kedudukan kata, kaitan makna antarkata, atau bentukan kata tertentu dengan kata yang lainnya. Jika secara
leksikal maupun gramatikal kalimat tersebut tak dapat dimaknai, kita
harus menafsirkannya berdasarkan konteks kata atau kalimat. Sebab, setiap
untaian kata, frasa, atau kalimat yang terdapat dalam puisi merupakan untaian perasaan, ekspresi, ataupun pengalaman kejiwaan penyairnya.
Untuk memahami berbagai penggunaan kata baik secara leksikal,
gramatikal, struktural, maupun kontekstual, kita dapat memanfaatkan
kamus. Di dalam kamus, dijabarkan penggunaan kata dalam berbagai
aspeknya. Dengan banyak menelaah kamus, kita akan memperoleh
kekayaan kosakata. Dalam sebuah ceramahnya, penyair besar W.S. Rendra
pun menganjurkan para penyair untuk selalu melihat arti kata dalam
kamus, seperti ia sendiri selalu melihat kamus bahasa Indonesia dengan
tekun untuk mendapatkan arti yang setepat-tepatnya.

RANGKUMAN
A. Membaca Cepat Pemahaman
Membaca cepat pemahaman adalah membaca dengan waktu yang
lebih cepat dari membaca normal, namun tetap dapat memahami
isi bacaan sekurang-kurangnya 60 persen. Ukuran membaca cepat
pemula yaitu membaca dengan kecepatan 120 – 150 kpm ( kata per
menit ).
Rumus mengukur kecepatan membaca dengan ukuran satuan kata
per menit (kpm) ialah:
Jumlah kata yang dibaca
––––––––––––––––––––– X 60 = jumlah kpm (kata per menit)
Jumlah detik untuk membaca
B. Membaca Lanjutan dengan Sistem Membaca Layap (skimming)
dan Membaca Memindai (scanning)
Ada dua teknik membaca cepat yang dapat dilakukan untuk
mengefisienkan waktu dan memberikan hasil yang efektif sesuai
tujuan membaca, yaitu membaca dengan teknik layap (skimming) dan
membaca dengan teknik memindai (scanning).
C. Teknik Membuat Catatan
Membuat catatan merupakan salah satu cara bagi pembaca
dalam menyimpulkan bahan informasi dari sebuah sumber. Dengan membuat catatan pembaca dapat mengingat kembali informasi
penting yang dibutuhkan. Untuk membuat catatan yang baik dan
terarah, hal-hal yang perlu dicatat, yaitu mencatat kata-kata kunci,
mencatat ide pokok setiap paragraf, mencatat data dan fakta,
mencatat informasi yang dianggap menarik, atau pendapat penulis
tentang sesuatu.
D. Teknik Menyusun Bagian
Untuk memahami sebuah karangan, kita dapat menggunakan
teknik menyusun bagian, yaitu membedah karangan menjadi bagianbagian
yang merupakan unsur pembangunnya, seperti gagasan
pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas. Penyusunan bagian
tersebut dapat berbentuk skema atau pemaparan.
E. Menafsirkan Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan Idiomatik
Untuk menafsirkan kata, bentuk kata, dan ungkapan idiomatik
dalam sebuah wacana dapat menggunakan kamus. Di dalam kamus,
khususnya kamus bahasa Indonesia selain dijelaskan pengertian kata,
diuraikan juga bentukkan kata, kelas kata, serta ungkapan idiomatik
kata bersangkutan jika ada.

0 komentar:

Posting Komentar