Senin, Desember 02, 2013

BAB 5 KELAS X (MELAFALKAN KATA DENGAN ARTIKULASI YANG TEPAT )


MELAFALKAN KATA
DENGAN ARTIKULASI YANG TEPAT

A. Bunyi dan Alat Ucap Manusia

          Artikulasi dapat diartikan dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Ilmu yang mempelajari alat ucap manusia dan tata bunyi yang
dihasilkannya disebut fonologi. Alat ucap manusia menghasilkan lambang lambang bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya
memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya.
Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam
bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.


          Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus
ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita
suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek
bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan,
akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal,
yaitu a, i, u, e, o (berjumlah lima huruf), tetapi diucapkan dengan enam
fonem /a/, /i/, /u/, /e/,/o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah /ə/ dan e
lebar atau //, bentuk gabungannya disebut dengan diftong.

          Diftong adalah gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh
diftong ialah: au, ai, oi yang dibaca (aw), (ay), (oy).
Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai. (pantay)
3. Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.

          Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh karena arus ujaran yang
keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas
hal-hal berikut. :
1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan
kedua bibir; seperti b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak
lebar. Contoh : h.
3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang
(artikulator) dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g,
ng, kh, q.
4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan
gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti
f, v, w.
5. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung
lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikulator),
seperti t, d, n.
6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari
paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh : s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak
sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik
artikulasinya. Contoh : r – tidak jelas.
8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah
ke langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar
menimbulkan bunyi ujar. Contoh : r – jelas.

          Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi
luncuran, pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk
pengucapan yang lebih dari satu. Namun, perbedaan pelafalannya tak
memengaruhi arti. Misalnya, pada fonem /p/ pada kata panen merupakan
lafal terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal
tertutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut dengan alofon.
Demikian pula pada fonem /b/ akan dibaca [b] jika di awal kata, namun
dilafalkan /p/ bila berada di akhir kata.
Contoh:
- [lembab] dilafalkan [lembap>]
- [jawab] dilafalkan [jawap>]
- [adab] dilafalkan [ adap>]
Tapi diucapkan /b/ kembali bila diberi akhiran –an
Contoh:
- [lembap>]  [kelembaban]
- [jawap>]  [jawaban]
- [adap>]  [peradaban]
          Gejala pelafalan ini juga terjadi pada fonem /d/ yang dilafalkan /t>/ bila
berada di akhir kata, tapi kembali dibaca /d/ jika diberikan akhiran yang
ada vokalnya. Misalnya, kata [abad] dibaca [abat>], tapi kembali /d/ pada
[abadi].
          Yang perlu dicermati sebenarnya adalah bila perbedaan lafal tersebut
memengaruhi arti. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan ucapan pada
satu bentuk kata atau tulisan yang sama, tapi diucapkan berbeda dan
menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf.
Contoh:
- fonem /e/ pada kata apel [apəl] dan fonem /Є/ pada kata apel [apЄl].
Kata [apəl] bermakna jenis buah dan kata [apЄl] bermakna upacara
bendera.
- seret [ səret ] = berarti tersendat-sendat; tidak lancar
- seret [ sЄret ] = berarti menaik suatu benda menyusur tanah
- serang [ sЄrang ] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat
- serang [ sərang ] = berarti penyerbuan atau serbu

          Pengucapan atau pelafalan harus sesuai dengan bentuk hurufnya.
Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD) telah diatur bentuk pengucapan
atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia (lihat
lagi pelajaran Bab 1). Dengan demikian, membaca singkatan yang hanya
terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau
pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang
sering diucapkan tak baku.

          Di bawah ini diperinci pengucapan yang baku dan tidak baku pada
sejumlah bentuk singkatan atau akronim termasuk pengucapan singkatan
yang berasal dari bahasa asing.
Contoh:


B. Melafalkan Kata Secara Baku dan Membedakannya
     dari Lafal Daerah

          Dalam bahasa Indonesia, penulisan secara baku telah diatur dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Penggunaan secara lisan yang berkaitan
dengan bagaimana sebuah kata diucapkan atau dilafalkan secara benar
hanya berpedoman pada pengucapan sesuai dengan huruf yang membentuk
kata tersebut.

          Kata di dalam bahasa Indonesia selain berasal dari bahasa Melayu,
banyak juga yang berasal dari bahasa daerah. Kata-kata yang berasal
dari bahasa daerah tentunya telah diadaptasi menjadi kata baku bahasa
Indonesia. Kata yang telah baku harus diucapkan berdasarkan lafal
bakunya. Ukuran ucapan baku dilihat dari pelafalan bunyi terhadap fonem
pembentuk katanya dan tidak terpengaruh oleh unsur bahasa daerah,
meskipun ucapan itu sering dan lazim diucapkan terutama dalam situasi
nonformal. Contoh lafal baku dan tidak baku yang terpengaruh bahasa daerah
atau logat tertentu.

B.    Pelafalan Kata Serapan

          Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang di
Indonesiakan. Proses penyerapannya terjadi karena proses adaptasi dan
asimilasi. Proses asimilasi ialah bila sebuah kata asing diserap ke
dalam bahasa Indonesia dengan perubahan sesuai pengucapan dan bentuk
penulisan Indonesianya.
Contoh :
- contingent → kontingen dilafalkan kontingen
- directur → direktur dilafalkan direktur
- effective  efektif dilafalkan efektif
- trotoir  trotoar dilafalkan trotoar
- survey  survai dilafalkan surfey
- carier → karier dilafalkan karir
- percentage  persentase dilafalkan persentase bukan prosentase
- complex  kompleks dilafalkan kompleks
          Pelafalan yang benar ialah pelafalan yang mengikuti kata serapan
bahasa Indonesia bukan bentuk asingnya
          Dalam percakapan atau dialog, pengucapan harus jelas dan tepat
agar pendengar dapat merespons dengan baik perkataan yang diucapkan.
Artinya, ucapan selain harus dengan intonasi yang tepat juga harus
dengan lafal atau artikulasi yang jelas. Pengucapan dengan artikulasi yang
tepat atau jelas terutama pada kata-kata yang bunyinya hampir sama jika
diucapkan. Bila tidak diucapkan dengan tepat dan jelas, dapat terjadi salah
pengertian atau salah paham.

1 komentar: