Senin, Desember 09, 2013

Kelas XI BAB 9 BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA



BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA


A. Diskusi dan Manfaatnya
Untuk mengadakan sebuah diskusi harus dipersiapkan terlebih dahulu unsur-unsur berikut.
(1)  Unsur manusia, yaitu moderator atau pemimpin diskusi, penyaji/narasumber/ pemrasaran/ pembicara, notulis/sekretaris, dan peserta diskusi Jika diskusi tidak dihadiri pembicara, orang yang bertugas membahas masalah adalah moderator selaku pemimpin diskusi.
(2)  Unsur materi, seperti topik diskusi atau permasalahan, dan tujuan atau sasaran.
(3)  Unsur fasilitas, seperti ruangan/tempat, perlengkapan, misalnya meja, kursi, papan tulis, dan kertas.
Diskusi dapat diartikan dengan kegiatan bertukar pikiran secara lisan. Diskusi biasanya dilakukan karena ada masalah atau persoalan yang perlu dibahas dan dipecahkan. Diskusi secara umum bertujuan untuk mencari solusi atau penyelesaian suatu masalah secara teratur dan terarah. Yang dimaksud teratur dan terarah ialah semua unsur-unsur yang ada di dalam diskusi berfungsi, baik peserta, pembicara, maupun moderator menjalankan tugasnya dengan baik, saling bertukar pikiran secara aktif dan santun untuk mencapai kesepakatan atau penyelesaian yang baik.
Diskusi yang baik akan membawa manfaat yang baik. Manfaat diskusi ialah:
(1)  membiasakan sikap saling menghargai
(2)  menanamkan sikap demokrasi
(3)  mengembangkan daya berpikir
(4)  mengembangkan pengetahuan dan pengalaman
(5)  mewujudkan proses kreatif dan analitis
(6)  mengembangkan kebebasan pribadi
(7)  melatih kemampuan berbicara

B.  Tugas dan Peranan Unsur Diskusi
Setiap unsur-unsur di dalam diskusi memiliki tugas dan peranannya masing-masing. Agar diskusi bisa berjalan dengan lancar maka setiap unsur diskusi harus menjalankan tugas dan peranannya tersebut dengan baik. Tugas unsur-unsur diskusi adalah sebagai berikut.

    1.  Tugas Moderator/Pemimpin Diskusi
a.  Menyiapkan pokok masalah yang akan dibicarakan
b.   Membuka diskusi dan menjelaskan topik diskusi
c.   Memperkenalkan komponen diskusi terutama pembicara jika ada unsur pembicara/penyaji
d.  Membuat diskusi menjadi hidup atau dinamis
e.  Mengatur proses penyampaian gagasan atau tanya jawab
f.   Menyimpulkan diskusi dan membacakan simpulan diskusi
g.  Menutup diskusi
   2.  Tugas Pembicara
a.   Menyiapkan materi diskusi sesuai topik yang akan dibahas
b.   Menyajikan pembahasan materi atau menyampaikan gagasan-gagasan serta pandangan yang berkaitan dengan topik diskusi
c.   Menjawab pertanyaan secara objektif dan argumentatif
d.   Menjaga agar pertanyaan tetap pada konteks pembicaraan
   3.  Tugas dan Peranan Notulis
a.   Mencatat topik permasalahan
b.   Waktu dan tempat diskusi berlangsung
c.   Mencatat jumlah peserta
d.   Mencatat segala proses yang langsung dalam diskusi
e.   Menuliskan kesimpulan atau hasil diskusi
f.   Membuat laporan hasil diskusi
g.  Mendokumentasikan catatan tentang diskusi yang telah dilakukan
   4.  Peranan atau Tugas Peserta Diskusi
a.  Mengikuti tata tertib dan aturan dalam diskusi
b.   Mempelajari topik/permasalahan diskusi
c.   Mengajukan pertanyaan, pendapat/sanggahan, atau usulan
d.   Menunjukkan solidaritas dan partisipasi
e.   Bersikap santun dan tidak emosional
f.   Memusatkan perhatian
g.   Turut serta menjaga kelancaran dan kenyamanan diskusi.

C. Menyampaikan Pendapat dan Gagasan dalam Diskusi
Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasan-alasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.
Pendapat juga harus bersifat analitis, maksudnya pendapat disam-paikan secara sistematis, teratur, dan mendalam serta tidak berbelit-belit. Selain itu, pendapat juga harus disampaikan secara kreatif yaitu, apa yang disampaikan merupakan hal yang baru dan bernilai tinggi atau berkualitas. Namun, semua pengungkapan gagasan, ide, atau usulan harus disampaikan dengan bahasa yang santun, jelas, tepat, dan objektif.

D. Menyampaikan Tanggapan dan Sanggahan di dalam Diskusi
Adalah wajar dalam setiap diskusi terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat di dalam diskusi menyebabkan diskusi berkembang asalkan cara menyampaikan perbedaan tersebut dengan sikap yang toleran dan saling menghargai. Jika seseorang hendak mengajukan sanggahan atau
penolakan atas pendapat serta usulan peserta diskusi yang lain, sanggahan dapat diungkapkan dengan memerhatikan hal-hal berikut.
(1)  Menyatakan permohonan maaf terlebih dahulu sebelum menyampaikan sanggahan atau ketidaksetujuan
(2)  Memberikan pujian atau penghargaan terhadap pendapat yang akan ditanggapi
(3)  Menyampaikan sanggahan atau tanggapan dengan alasan yang masuk akal
(4)  Sanggahan diusahakan menyempurnakan atau memberikan solusi alternatif terhadap gagasan yang akan ditanggapi.
(5)  Ungkapan-ungkapan yang merendahkan, seperti, tertolak, tidak masuk akal, pendapat orang kampung, dan lain-lain harus dihindarkan.

            Di bawah ini adalah contoh kata atau ungkapan yang dapat digunakan untuk memberikan tanggapan atau sanggahan atas pendapat orang lain.
1.  Maaf, saya kurang sependapat ....
2.  barangkali perlu ditinjau kembali
3.  Masih ada yang kurang sesuai dengan topik permasalahan.
4.  Saya kira masih ada pilihan lain misalnya ....
5.  Maaf, pendapat saya sedikit berbeda ....
Tanggapan bukan hanya memberi sanggahan, tapi juga mendukung ide, gagasan, atau pendapat orang lain di dalam diskusi. Untuk menyampaikan persetujuan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
(1)  Pernyataan dukungan diungkapkan dengan jelas, tidak berbelit-belit serta dengan bahasa yang santun
(2)  Persetujuan juga diungkapkan dengan logis berdasarkan fakta dan alasan yang bisa diterima.
(3)  Persetujuan disampaikan dengan wajar dan tidak berlebihan.
(4)  Dukungan harus diungkapkan secara objektif.

Di bawah ini adalah contoh ungkapan yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan dukungan atau persetujuan.
1.  Pendapat Anda sesuai dengan topik yang dibahas.
2.  Saya setuju dengan pendapat Anda.
3.  Saya mendukung pendapat Saudara.
4.  Apa yang Saudara katakan sama dengan pemikiran saya.


E.  Mengambil Simpulan dalam Diskusi
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah. Memberikan simpulan dalam diskusi merupakan tugas moderator. Namun untuk merumuskan simpulan, peserta diskusi dapat diikutsertakan agar simpulan yang diambil
lebih objektif dan valid.
Secara umum, simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi, simpulan diambil dengan berdasarkan hal-hal berikut.
(1)  Pendapat yang dapat diterima oleh semua peserta diskusi.
(2)  Data-data dan fakta yang benar dan dapat diterima kebenarannya oleh peserta diskusi.
(3)  Segala pendapat atau gagasan yang sama dan sejalan.
(4)  Voting atau mengambil suara terbanyak dari peserta diskusi yang hadir.
(5)  Simpulan diupayakan merupakan rumusan yang inovatif, solusif, dan implementatif.

RANGKUMAN
A.   Diskusi dan Manfaatnya
Untuk mengadakan sebuah diskusi harus dipersiapkan terlebih dahulu unsur-unsur manusia, unsur materi, dan fasilitas.

B.  Tugas dan Peranan Unsur Diskusi
Setiap unsur di dalam diskusi memiliki tugas dan peranannya masing-masing. Agar diskusi dapat berjalan dengan lancar, setiap unsur diskusi harus menjalankan tugas dan peranannya tersebut dengan baik.

C.  Menyampaikan Pendapat dan Gagasan dalam Diskusi
Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasan-alasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.

D.  Menyampaikan Tanggapan dan Sanggahan dalam Diskusi
Jika seseorang hendak mengajukan sanggahan atau penolakan atas pendapat atau usulan peserta diskusi yang lain, dapat diungkapkan dengan menghargai mitra bicara yang menyampaikan argumen tersebut.

E.  Mengambil Simpulan dalam Diskusi
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah.Secara umum simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi simpulan diambil dengan berdasarkan pada fakta, data, dan opini yang tepat.

Kelas XI BAB 7 MENERAPKAN POLA GILIR DALAMBERKOMUNIKASI


MENERAPKAN POLA GILIR DALAMBERKOMUNIKASI

A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi

Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan kalimat yang baku.
Perhatikan contoh berikut!
1.  Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian di
tempat ini dalam rangka memenuhi undangan kami
2.   Makasih, ya, atas kedatangan kamu semua pada perayaan hari ulang
tahunku!
3.   Thanks berat, ye! Akhirnya, lu pada dateng juga ke sini tuk menuhin
undangan gue.
            Kalimat nomor satu sangat berbeda dengan nomor dua dan tiga, baik pada tataran pilihan kata, bentukan kata maupun susunan gramatikal kalimatnya. Kalimat nomor satu digunakan dalam situasi resmi, sedang-kan kalimat kedua dan ketiga dalam bentuk situasi umum atau akrab.Pada situasi santai atau akrab, seseorang lebih bebas memilih kata dan bentukannya daripada saat situasi resmi atau formal. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun, yang terpenting adalah bisa menciptakan komunikasi yang efektif dan lancar.Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan. Kata-kata kasar sebaiknya dihindari. Selain kurang pantas, kata-kata kasar juga menyinggung pera-saan orang lain. Di samping itu, dalam situasi komunikasi yang terdiri atas dua atau lebih orang, sikap saling menghargai dan menerapkan pola gilir dengan memberikan kesempatan berbicara akan menciptakan kelancaran serta
suasana yang lebih nyaman.

B.  Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Pemahaman terhadap pola gilir sangat penting dalam keberhasilan berkomunikasi. Komunikasi harus berjalan dua arah (ada yang men-dengarkan dan ada yang berbicara). Dengan adanya pola gilir diharapkan komunikasi akan seimbang dan berjalan lancar karena adanya proses
pergantian bicara sesuai topik pembicaraan atau sesuai keperluan.
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi antara lain seperti berikut
1.  Menghargai mitra bicara.
Dalam kegiatan berkomunikasi, kita tidak boleh meremehkan lawan bicara, bagaimanapun keadaan lawan bicara tetap kita hormati dan hargai.
2.  Peka terhadap kesempatan
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sering terjadi dominasi satu pihak saat bicara terhadap pihak lain. Kita harus sadar dan mengetahui kapan saatnya kita bicara dan kapan saatnya kita diam untuk mendengarkan sehingga proses komunikasi berlangsung lancar
dan nyaman.
3.  Sadar akan relevansi pembicaraan.
Komunikasi berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan jika pembicaraan sesuai dengan permasalahan sehingga tercipta komunikasi yang efektif dan lancar.
4.  Memilih kata yang tepat
Memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan komunikasi. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun tetap memperhatikan etika berbahasa yang santun hindari
kata-kata kasar, kurang pantas yang dapat menyinggung perasaan
pihak yang diajak bicara.

C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada situasi-situasi berikut.
(1)  Suasana kehidupan sehari-hari, seperti di rumah tangga, di sekolah, di  pasar, di kantor , di arisan, dan sanggar.
(2)  Diskusi kelompok, seperti di sekolah dan di kampus, kegiatan pramuka, dan di dunia kerja.
(3)  Film atau sinetron
(4)  Naskah drama dan pementasan drama

Berikut beberapa contoh penerapan pola gilir dalam berkomunikasi.
1.  Penerapan Pola Gilir dalam Diskusi
Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas sesuatu masalah secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan keluar, pemecahan masalah, membuat keputusan, atau simpulan. Untuk dapat memahami pola gilir berkomunikasi dalam satu diskusi, kita harus memahami lebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan diskusi. Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut.
a.   Unsur-Unsur Diskusi
Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, adalah sebgai berikut.
(1)  Pemimpin/Moderator, bertugas merencanakan dan mempersiapkan dengan teliti topik diskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi, serta menutup diskusi.
(2)  Sekretaris, bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah yang dilakukan peserta, saran maupun jawaban penyaji dari awal sampai akhir.
(3)  Penyaji/pemakalah/pemrasaran, bertugas menyampaikan pemba-hasan dengan sistematis, mudah dipahami, tidak menyinggung peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam meninjau suatu persoalan.
(4)  Peserta diskusi, bertugas menanggapi, memberi masukan, dan lain-lain.

b.   Jenis-jenis diskusi
Berdasarkan ruang lingkupnya, diskusi dibedakan seperti berikut.
(1)  Diskusi kelompok,adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di dalam kelas untuk membahas suatu masalah.
(2)  Diskusi panel, adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang (yang disebut panel) yang membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum di hadapan khalayak/pendengar,penonton.
Khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat.
(3)  Seminar,adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli (misalnya guru besar atau pakar)
(4)  Simposium,adalah pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama.
(5)  Kongres,adalah pertemuan wakil organisasi untuk mendiskusikan dan mengambil keputuan mengenai pelbagai masalah.
(6)  Konferensiadalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
(7)  Lokakaryaadalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan di bidang keahliannya.
(8)  Sarasehanadalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mende-ngarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.

c.  Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk tatanan sekolah, bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana.
Ada dua tahap dalam pelaksanaan diskusi, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan atau penampilan.
1)  Tahapan Persiapan
a.  Tahap persiapan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh kesepakatan mengenai hal yang akan dibicarakan.
b.  Membagikan tugas kepada para calon pembicara atau penyaji jika pembicara lebih dari satu.
2)  Tahap Pelaksanaan
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan diskusi.
a)  Pembukaan
Pimpinan diskusi mengemukakan pokok masalah yang akan disampaikan dan memperkenalkan calon pembicara.
Contoh ucapan moderator:
1.   Dalam diskusi kali ini, kita akan membicarakan ....
2.   Marilah kita buka diskusi ini dengan membaca/berdoa ....
3.  Saya perkenalkan pembicara dalam diskusi ini ialah Saudara ... notulis Saudara ....
b)  Pelaksanaan diskusi
Pemimpin diskusi mempersilakan para pembicara menyampaikan pandangannya. Selanjutnya sanggahan atau dukungan dari pembicara disampaikan sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
Contoh ucapan moderator:
1.  Saya persilahkan Sdr ... menyajikan makalahnya.
Contoh Ucapan penyaji :
1.   Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator kepada saya untuk ....
c)  Acara tanya jawab
Pemimpin diskusi mempersilakan para pendengar/peserta menga-jukan pertanyaan kepada pembicara dipandu oleh pemimpin diskusi, pembicara/penyaji.
Contoh ucapan moderator:
1.  Saya beri kesempatan 3 orang peserta mengajukan pertanyaan, pendapat atau   tanggapannya.
2.   Penanya pertama silakan ....
3.  Penyaji silahkan memberikan jawaban atau tanggapan balik (peserta yang mengacungkan jari lebih dahulu yang diberikan kesempatan pertama dan bergilir selanjutnya)
Contoh ucapan peserta :
1.  Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator. Pertanyaan saya yaitu ....
2.   Tadi saudara pembicara menjelaskan ... menurut pendapat saya ....
3.   Saya mohon kepada pembicara pertama untuk menjelaskan ....
4.   ... demikian usulan dari saya.
Contoh ucapan penyaji:
1.  Terima kasih atas pertanyaan Saudara ... dan jawaban saya sebagai berikut .....
2.   Terima kasih atas tanggapan Saudara ..... tentang ....
d)  Penutup
Pembacaan simpulan pembahasan diskusi yang telah berlangsung oleh pemimpin diskusi.

2.  Penerapan Pola Gilir dalam Pementasan Drama
Naskah drama dipersiapkan sebelum drama diperankan atau dipentaskan. Naskah drama adalah cerita yang ditulis dalam bentuk dialog disertai gerak-gerik dan tingkah laku para tokoh dalam drama. Dalam sebuah drama, kedudukan pelaku sangat penting. Untuk mementaskan sebuah drama, seorang pemain harus memahami isidrama termasuk proses dialog. Dalam dialog, telah diatur penggiliran pembicaraan diantara para tokoh. Setiap tokoh telah diatur kapan saat menjawab, menanggapi, merespons tokoh lainnya. Meskipun unsur spontan (improvisasi) ada dalam dialog drama, namun tokoh yang berimprovisasi tetap harus memerhatikan dengan cermat saat melakukan improvisasi dialog agar tidak bertabrakan dengan perkataan tokoh lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika memerankan tokoh dalam drama adalah seperti berikut.
a.  Teknik Berdialog
Agar penonton menangkap jalan cerita drama, para pelaku harus menyampaikan dialog dengan jelas, ucapan harus wajar, tidak dibuat-buat.
b.  Mimik
Mimik merupakan perubahan raut muka, misalnya tersenyum karena senang, mengerutkan dahi ketika sedang berpikir, atau menegang saat marah.
c.  Intonasi
Intonasi ialah lagu atau irama dalam mengucapkan kalimat. Ada tekanan keras atau lembut dalam ucapan, tempo, dan tekanan nada menaik atau menurun.

            Pola gilir juga dapat dilakukan dalam membawakan acara. Untuk acara hiburan yang cukup banyak dan panjang, biasanya dipandu oleh dua orang MC atau pembawa acara. Kedua pembawa acara tersebut saling bergantian berbicara mengantarkan setiap acara yang akan dipertunjukkan dan
mengomentarinya. Dalam memberikan pengantar atau komentar, dapat diterapkan pola gilir agar tak terjadi saling ingin bicara dan mendominasi.

RANGKUMAN

A.  Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan kalimat yang baku. Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan.

B.  Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi ialah menghargai mitra bicara, peka terhadap kesempatan, sadar akan relevansi pembicaraan, serta memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan komunikasi.

C.  Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada:
1.  Suasana kehidupan sehari-hari.
2.  Diskusi kelompok.
3.  Film atau Sinetron.

4.  Naskah drama dan pementasan drama.

KELAS XI BAB 12 MEMBUAT WACANA BERCORAK NARATIF, DESKRIPTIF, EKSPOSITORIS DAN ARGUMENTATIF

MEMBUAT WACANA BERCORAK NARATIF,

DESKRIPTIF, EKSPOSITORIS DAN ARGUMENTATIF


    A.  Pengertian Wacana
          Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
             Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang ke mana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. Membuat kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang pemula.
Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut.
1.      Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2.      Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3.      Membantu pengarang melihat adanya pokok bahasan yang
menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama.
4.      Menjadi gambaran secara umum struktur ide karangan sehingga membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.

Agar penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuan
pembuatan karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk
menyusun kerangka karangan adalah seperti berikut.
(1)   Menentukan tema/topik karangan
(2)   Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3)   Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik
(4)   Menginvestaris sub-sub topik
(5)   Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
(6)   Menentukan pola pengembangan karangan

Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1.      Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk kalimat-kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2.      Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk frasa dan klausa sehingga tampak lebih praktis.

Penyusunan kerangka karangan dapat berbentuk kalimat dan frasa atau klausa sekaligus, meskipun yang lebih banyak digunakan adalah kerangka topik. Berikut contoh kedua bentuk penyusunan kerangka karangan tersebut.

Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1.      Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan tentang teknologi informasi.
2.      Perkembangan sarana komputer menjadi sarana jaringan informasi melalui internet.
3.      Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4.      Memanfaatkan minat remaja dan anak sekolah dengan membuka warnet.

Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran :
1.      Jumlah Pemudik Lebaran
a.       perkiraan lonjakan jumlah pemudik
b.      sarana angkutan yang dipersiapkan
c.       sarana angkutan yang diandalkan
2.      Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
a.       jalur utara
b.      jalur selatan
c.       kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3.      Petunjuk pemanfaatan jalur
a.       dari DLLAJR
b.      dari instansi terkait

    B.  Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.

1.      Narasi
              Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
(1)   kejadian,
(2)   tokoh,
(3)   konflik,
(4)   alur/plot.
(5)   latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1)   menentukan tema cerita
(2)   menentukan tujuan
(3)   mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4)   menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara
kronologis atau urutan waktu.
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh:
Kunjungan ke Museum Fatahillah
1.      persiapan keberangkatan
2.      perjalanan menuju stasiun Kota
3.      tiba di tempat tujuan
4.      mengamati peninggalan zaman penjajahan Belanda
5.      berkumpul kembali di depan ”Meriam Jagur”
6.      persiapan pulang

2.      Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut.
a)      Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
b)      Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.

Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung,
yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal
berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang
tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi
bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan
terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1)   menentukan objek pengamatan
(2)   menentukan tujuan
(3)   mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4)   menyusun kerangka karangan
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah, atau depan ke belakang.
3.      Eksposisi
Kita eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah untuk seminar, simposium, atau penataran. Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi. Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan berita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat membuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus flu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban banjir.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1)   menentukan objek pengamatan,
(2)   menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3)   mengumpulkan data atau bahan,
(4)   menyusun kerangka karangan, dan
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian berikut:
1.      Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu benda, hal atau peristiwa tanpa memproritaskan bagian mana yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.
2.      Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola penyajian dimulai dari hal yang mudah/yang sederhana menuju ke hal yang makin penting atau puncak peristiwa dan sebaliknya untuk anti-klimaks.




4.      Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1)   menentukan tema atau topik permasalahan,
(2)   merumuskan tujuan penulisan,
(3)   mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung,
(4)   menyusun kerangka karangan, dan
(5)   mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1.      Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:
a.       Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a)      Jumlah penggunaan kendaraan
b)      Ruas jalan yang makin sempit
c)      Pembangunan jalur busway
b.      Akibat-akibat kemacetan
a)      Terlambat sampai di kantor
b)      Waktu habis di jalan
2.       Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh :    Menjaga kelestarian hutan
1.      Keadaan hutan kita
2.      Fungsi hutan
3.      Akibat-akibat kerusakan hutan
3.      Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh :    Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1.      Pengertian narkoba
2.      Bahaya kecanduan narkoba
a)      pengaruh terhadap kesehatan
b)      pengaruh terhadap moral
c)      ancaman hukumannya
3.      Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4.      Kesimpulan dan saran