MEMILIH KATA, BENTUK KATA,
DAN UNGKAPAN YANG TEPAT
A.
Pilihan Kata dan Bentukan Kata dalam Konteks atau Topik Pembicaraan
Untuk menyampaikan maksud pembicaraan, seseorang akan berupaya
Untuk menyampaikan maksud pembicaraan, seseorang akan berupaya
menggunakan berbagai kata atau
ungkapan yang dapat mewakili makna atau
konsep yang ingin diutarakan.
Setidaknya ia memahami dan menguasai
berbagai istilah kata yang
berkaitan dengan topik yang akan disampaikan.
Namun, seseorang belum tentu
dapat dengan baik mengutarakan atau
menjelaskan apa yang sudah
dipahami tersebut lewat kata-kata atau kalimat
yang tepat dan efektif.
Ketidakefektifan seseorang dalam menyampaikan
sesuatu dapat disebabkan kurang
menguasai kosakata, bentukan kata,
atau ungkapan kata yang sesuai
dengan topik, gagasan atau maksud yang
ingin diungkapkan. Keluhan
seperti saya agak susah mengatakannya atau
ngomongnya
gimana, ya? akan
ternyatakan bila seseorang tidak menguasai
kosakata bidang atau persoalan
yang ingin diungkapkan. Kondisi ini dapat
terjadi baik dalam penggunaan
bahasa tulis maupun bahasa lisan (berbicara),
misalnya seseorang tak dapat
menjelaskan dengan baik persoalan tentang
transportasi udara jika ia tak
menguasai istilah, kata-kata atau ungkapan
yang berhubungan dengan masalah
itu.
Saat
membicarakan telepon seluler atau nirkabel, istilah pulsa, voucher,
berbagai merek HP, isi ulang,
kartu perdana dan sebagainya kerap diucapkan.
Ketika berbicara tentang rumah
sakit, istilah paviliun, kamar, rontgen,
infus, fasilitas perawatan, nama
penyakit, nama obat, dan sebagainya akan
sering terdengar. Atau, orang
tidak dapat terlibat pembicaraan orang lain
tentang sesuatu yang ia tidak
paham betul topik yang sedang dibahas serta
tak menguasai kata-kata atau
istilah yang berhubungan dengan hal yang
dibicarakan.
Di
bawah ini, contoh lain beberapa kata atau istilah serta ungkapan
yang saling berkaitan dalam satu
topik atau pokok pembicaraan.
1. Kereta api : lokomotif,
stasiun, kereta ekspres, kelas ekonomi,
gerbong, abudemen, rel, langsam,
dan sebagainya.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara
Tingkat Semenjana Kelas X 111
2. Sepak bola : kesebelasan,
liga, galatama, copa Amerika, FIFA, striker,
pinalti, kiper, hatrik, dan
sebagainya.
3. Film : jam tayang, durasi,
aktor, aktris, judul, sinetron, layar
lebar, piala citra, top rating,
dan sebagainya.
4. Musik : group band, konser,
musisi, lagu, fans, vokalis, lagu
favorit, request,
platinum, dan sebagainya.
5. Internet : chating, e-mail,
website, browser, situs, home page, neter, dan
sebagainya.
Pemilihan
bentukan kata juga menentukan proses penyampaian
maksud. Banyak kata atau bentukan
kata yang secara umum memiliki
kesamaan arti, tapi sesungguhnya
mengandung pengertian khusus yang
berbeda. Pilihan dan penggunaan
bentukan kata yang tepat menjadikan
kalimat lebih cermat dan terarah
sehingga terhindar dari salah pengertian,
misalnya kata membawa memiliki
kata–kata sepadan yang secara khusus
maknanya berbeda, yaitu memanggul,
menggendong, dan menjinjing. Masing–
masing kata ini mempunyai makna
dan ciri khusus yang membedakan satu
sama lain. Meskipun sama–sama membawa,
pengertian memanggul ialah
membawa dengan meletakkan barang
bawaan di bahu, menggendong
ialah membawa dengan kedua tangan
sejajar dengan dada, menjinjing ialah
membawa dengan tangan menggenggam
barang bawaan seperti tas.
Contoh dalam kalimat :
- Ia terpaksa memanggul karung
beras itu sampai ke rumah.
- Guru BP menggendong siswa yang pingsan itu ke ruang
UKS
- Ibu itu menjinjing belanjaannya yang berisi sayuran.
- Ibu itu menjinjing belanjaannya yang berisi sayuran.
B.
Memanfaatkan Kata Bersinonim untuk Menghindari
Kata yang Sama dalam Kalimat/Paragraf
Penguasaan
kosakata yang tidak banyak, dapat menyulitkan seseorang
untuk merangkai kalimat untuk
menjelaskan sesuatu baik dalam bentuk
tulisan maupun lisan. Kalimat
yang dibuat dapat berisi banyak kata yang
sama dan diulang-ulang. Kalimat
menjadi tidak cermat atau kurang efektif
atau berkesan mubazir.
Mengurangi penggunaan kata yang
berlebihan dan berulang-ulang
dalam kalimat dapat diatasi
dengan pemakaian kata yang bersinonim.
Dengan penggunaan kata yang
sepadan, kalimat menjadi tidak kaku serta
lebih variatif.
1a. Jumlah
wisatawan kembali meningkat di Bali pasca tertangkapnya
para tersangka peledak, bom Bali yang
menghebohkan dunia itu. Para
wisatawan merasa tak akan
ada lagi aksi terorisme di Pulau Bali tersebut.
Sebelumnya kunjungan wisatawan di
Bali merosot drastis.
1b. Jumlah
wisatawan kembali meningkat di Bali pasca tertangkapnya
para tersangka peledak, bom Bali yang
menghebohkan dunia itu. Para
turis asing merasa tak akan
ada lagi aksi terorisme di Pulau Dewata
tersebut. Sebelumnya kunjungan wisman
di Bali merosot drastis.
2a. Polisi tidak
mentoleransi adanya aksi unjuk rasa saat pemilihan umum
daerah berlangsung, yang pasti akan
mengganggu jalan pemilihan
umum daerah tersebut. Setiap aksi unjuk
rasa akan ditindak tegas oleh
polisi, siapa pun dan dari mana pun
unjuk rasa itu berasal.
2b. Aparat
keamanan tidak mentolerasi adanya demonstrasi saat pemilihan
umum daerah berlangsung yang pasti akan
mengganggu jalannya
pesta
demokrasi tersebut. Setiap aksi demontrasi akan ditindak tegas
oleh polisi, siapapun dan
dari manapun aksi massa itu berasal.
C. Makna Leksikal, Kontekstual,
Struktural, dan
Makna Metaforis
Yang
dimaksud dengan makna leksikal ialah
makna yang sesuai dengan konsep yang digambarkan pada kata tersebut. Makna
leksikal disebut juga makna yang sesuai dengan referensial kata tersebut.
Contoh kata kerbau adalah binatang mamalia bertanduk yang makanannya
rumput atau sejenis sapi, sedangkan makna kontekstual ialah makna yang muncul
sesuai dengan konteks kata tersebut dipergunakan. Artinya, makna tersebut
muncul sebagai makna tambahan di samping makna sebenarnya berupa kesan-kesan
yang ditimbulkan oleh sebab situasi tertentu, misalnya ungkapan dasar
kerbau, kerjaannya makan tidur saja tentu yang dimaksud kerbau bukan
binatang bertanduk tapi menunjuk
pada manusia. Contoh lain ialah
kata kursi, secara leksikal maknanya adalah
tempat untuk duduk. Kursi pada
kalimat banyak kursi yang nilainya puluhan
juta saat pemilu,
bermakna jabatan yang diperjualbelikan
Selain makna leksikal dan kontekstual, ada makna struktural atau gramatikal. Makna struktural adalah makna yang muncul akibat katam mengalami proses afiksasi atau penambahan imbuhan serta proses reduplikasi dan proses komposisi. Kata terdengar, misalnya pada kalimat suaranya terdengar sampai ke belakang berarti dapat didengar tapi kata terdengar yang memiliki kata dasar sama yaitu dengar, pada kalimat rencana jahatnya terdengar oleh tetangganya berarti tidak sengaja. Demikian pula padakata buku dengan buku-buku yang mengalami reduplikasi menimbulkan makna jamak yang artinya banyak buku makna yang berbeda juga dapat ditimbulkan oleh akibat komposisi kata. Misalnya, kata sate ayam tidak sama maknanya dengan sate madura yang pertama menunjukkan bahan dan yang kedua menunjukkan tempat.
Makna metaforis adalah makna yang ditimbulkan oleh adanya unsur perbandingan di antara dua hal yang memiliki ciri makna yang sama. Contoh kata kaki dengan ungkapan kaki langit, kaki gunung, dan kaki meja. Kaki tetap menunjukkan bagian bawah, namun ungkapan kaki langit bermakna horizon, kaki gunung berarti lembah, dan kaki meja adalah tiang-tiang penyanggah meja. Benda yang ditunjukkan berbeda tetapi memiliki kemiripan keberadaan, yaitu di bagian bawah. Demikian pula dengan kata kepala yang membentuk perbandingan kepala kereta, kepala pemerintahan, dan kepala sekolah. Kata jatuh yang membentuk kata-kata jatuh cinta, jatuh miskin, jatuh bangun, jatuh hati, dan sebagainya. Gaya bahasa ini kemudian disebut dengan polisemi.
Selain makna leksikal dan kontekstual, ada makna struktural atau gramatikal. Makna struktural adalah makna yang muncul akibat katam mengalami proses afiksasi atau penambahan imbuhan serta proses reduplikasi dan proses komposisi. Kata terdengar, misalnya pada kalimat suaranya terdengar sampai ke belakang berarti dapat didengar tapi kata terdengar yang memiliki kata dasar sama yaitu dengar, pada kalimat rencana jahatnya terdengar oleh tetangganya berarti tidak sengaja. Demikian pula padakata buku dengan buku-buku yang mengalami reduplikasi menimbulkan makna jamak yang artinya banyak buku makna yang berbeda juga dapat ditimbulkan oleh akibat komposisi kata. Misalnya, kata sate ayam tidak sama maknanya dengan sate madura yang pertama menunjukkan bahan dan yang kedua menunjukkan tempat.
Makna metaforis adalah makna yang ditimbulkan oleh adanya unsur perbandingan di antara dua hal yang memiliki ciri makna yang sama. Contoh kata kaki dengan ungkapan kaki langit, kaki gunung, dan kaki meja. Kaki tetap menunjukkan bagian bawah, namun ungkapan kaki langit bermakna horizon, kaki gunung berarti lembah, dan kaki meja adalah tiang-tiang penyanggah meja. Benda yang ditunjukkan berbeda tetapi memiliki kemiripan keberadaan, yaitu di bagian bawah. Demikian pula dengan kata kepala yang membentuk perbandingan kepala kereta, kepala pemerintahan, dan kepala sekolah. Kata jatuh yang membentuk kata-kata jatuh cinta, jatuh miskin, jatuh bangun, jatuh hati, dan sebagainya. Gaya bahasa ini kemudian disebut dengan polisemi.
D. Majas dan Peribahasa
1. Majas
Gejala
memperbandingkan pun terjadi pada bentuk-bentuk majas
seperti majas perbandingan. Yang
termasuk majas perbandingan ialah:
majas perumpamaan, majas
metafora, majas personifikasi, majas alegori,
dan majas antitesis.
1) Majas perumpamaan, ialah majas
perbandingan dua hal yang pada
hakekatnya berlainan dan sengaja dianggap
sama. Perbandingan ini
ditandai oleh pemakaian kata seperti: bagaikan,
ibarat, umpama, laksana,
dan seperti.
Contoh:
Contoh:
a.
Larinya cepat laksana kilat.
b.
Mukanya pucat bagaikan mayat.
c.
Suaranya menggelagar seperti halilintar.
2) Majas metafora, ialah majas
perbandingan yang paling singkat ,
padat, tersusun rapi. Di dalamnya, terlibat
dua ide: yang satu adalah
suatu kenyataan dan satunya lagi merupakan
perbandingan terhadap
kenyataan tadi.
Contoh;
a.
Nani jinak-jinak merpati.
b.
Dia anak emas pamanku.
c.
Bapak tulang punggung keluarga kita.
3) Majas personifikasi, adalah
jenis majas yang melekatkan sifat-sifat
insani kepada barang yang tidak bernyawa
atau benda abstrak.
Contoh:
a.
Angin meraung-raung.
b.
Nyiur melambai-lambai.
c.
Ombak menerjang karang.
4) Majas alegori, ialah cerita
yang diceritakan dengan lambang-lambang.
Alegori biasanya berisi tentang moral dan
hal-hal yang berkaitan
dengan spiritual manusia. Alegori dapat
berbentuk puisi maupun
prosa. Bentuk alegori singkat misalnya,
fabel dan farabel. Fabel adalah
sejenis alegori yang di dalamnya terdapat
tokoh-tokoh binatang yang
dapat berbicara dan bertingkah laku seperti
manusia.
Contoh:
a.
Kancil dan buaya
b.
Kancil dan kura-kura
c. Tom dan Jerry
5) Majas antitesis, ialah sejenis
majas yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim (majas ini
bersifat perlawanan).
Contoh:
a.
Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.
b.
Setelah ditodong, ia malah menolong penjahat itu.
c.
Orang tua itu bergembira atas pernikahan putrinya, sekaligus
merasa was-was dengan masa depannya.
2. Peribahasa
Peribahasa
adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya
mengiaskan sesuatu maksud tertentu. Zaman dahulu peribahasa merupakan sarana
untuk mengungkapkan penilaian, nasihat, gurauan, atau sindiran. Di dalam
peribahasa, terdapat simbol atau lambang-lambang yang dianggap mewakili maksud
yang ingin diungkapkan.
Contoh
peribahasa:
1.
Datang tampak muka, pergi tampak punggung.
Artinya: Datang dengan baik, pergi pun
harus dengan baik pula.
2.
Sepala-pala mandi biar basah.
Artinya: Mengerjakan sesuatu
perbuatan hendaklah sempurna,
jangan
separuh-paruhnya.
3.
Arang habis, besi tak kimpal.
Artinya: Kerugian sudah banyak, maksud tak
sampai.
4.
Besar pasak daripada tiang.
Artinya: Besar pengeluaran daripada
penghasilan.
5.
Bagai mencencang air.
Artinya: Mengerjakan pekerjaan yang
sia-sia.
6.
Bagai telur di ujung tanduk.
Artinya:
Keadaan yang sudang gawat atau genting.
E. Pilihan Kata dalam
Laras Bahasa
Laras
bahasa adalah ciri khas suatu penggunaan bahasa pada kelompok atau lingkungan
pemakai bahasa tertentu. Kekhususan tersebut meliputi pilihan
kata, ungkapan, istilah, ragam
bahasa, dan gaya penuturan. Misalnya,
laras bahasa hukum akan banyak
menggunakan istilah atau kosakata
yang berkaitan dengan hukum,
aturan, dan perundang-undangan. Karena
bersifat penjelasan mengenai
peraturan, biasanya kalimat dalam bahasa
hukum
panjang-panjang atau berbentuk kalimat luas.
0 komentar:
Posting Komentar